IHSG Longsor, Saham Big Cap Jeblok Berjamaah
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (15/2/23) ditutup di 6.882,67 atau menukik tajam 0,85% secara harian.
Hingga istirahat siang, terdapat hampir 10,45 miliar saham terlibat dan berpindah tangan sebanyak 685 ribu kali serta nilai transaksi sekitar Rp 4,95 triliun.
Perdagangan menunjukkan sebanyak 299 saham turun, 191 saham naik dan 203 lainnya tidak berubah.
Seluruh bank kapitalisasi raksasa tumbang dengan Bank Mandiri jatuh paling dalam sebesar 2,41%. Dari sektor energi, Medco Energy International turun 2,46%. Sementara dari sektor teknologi, Bukalapak.com anjlok 4,90%. Beralih ke sektor konsumen, Indofood Sukses Makmur terpantau melemah 2,22%. Selain itu Kalbe Farma juga turut menjadi beban indeks turun 2,15%.
Sentimen negatif datang dari Amerika Serikat setelah laporan inflasi dirilis. Pertumbuhan inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 6,4%, sementara pertumbuhan inflasi bulanan (month-on-month/mom) mencapai 0,5%.
Pertumbuhan inflasi AS secara tahunan ini berada di atas ekspektasi para pelaku pasar, yang sebelumnya memperkirakan pertumbuhan inflasi hanya sebesar 6,2% yoy. Hal ini membuat keyakinan para pelaku pasar mengenai kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menjadi goyah, terutama mengenai keputusan kenaikan suku bunga.
Menurut perangkat FedWatch, yang merupakan alat prediksi pasar yang dibuat oleh CME Group, para pelaku pasar memperkirakan akan terjadi kenaikan suku bunga setidaknya hingga tiga pertemuan ke depan. Sebelumnya, sebelum pembacaan inflasi AS, pelaku pasar mempercayai bahwa kenaikan suku bunga The Fed akan terhenti pada pertemuan Juni nanti.
Saat ini investor juga akan menunggu pengumuman inflasi Inggris yang akan diumumkan hari ini. Menurut konsensus yang dihimpun oleh Trading economics, inflasi Inggris diperkirakan akan melandai menjadi 10,3% (yoy). Sebelumnya inflasi Inggris mencapai 10,5% (yoy).
Selain itu, dari dalam negeri, rilis data neraca perdagangan pada Rabu (15/2/2023) dan Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis nanti juga dinantikan oleh investor karena dapat mempengaruhi pergerakan indeks. Polling CNBC Indonesia yang melibatkan 12 lembaga/institusi memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia akan menembus US$ 3,47 miliar pada Januari 2023.
Nilai ini lebih rendah dibandingkan pada Desember 2022 yang tercatat US$ 3,89 miliar. Jika proyeksi ini benar-benar terjadi, maka surplus akan menjadi yang terendah sejak Mei 2022. Beberapa lembaga menjelaskan penyebab menyempitnya surplus karena anjloknya harga komoditas andalan Indonesia, khususnya harga batu bara.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, sebelumnya sudah memberikan kode bahwa suku bunga tidak akan dinaikkan lagi jika tidak ada kejadian yang luar biasa. Dalam kondisi saat ini, pasar akan melihat apakah BI masih tetap dengan pendiriannya yang sama atau memberikan sinyal suku bunga bisa naik lagi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(Muhammad Azwar/ayh)