Lo Kheng Hong Masuk atau Keluar, Harga Saham Ini Ikut Terbang

Feri Sandria, CNBC Indonesia
10 February 2023 12:05
Lo Kheng Hong (CNBC Indonesia/Houtmand P. Saragih)
Foto: Lo Kheng Hong (CNBC Indonesia/Houtmand P. Saragih)
  • LKH dalam dua tahun terakhir melepas kepemilikan di PTRO dan MBSS
  • LKH menambah kepemilikan saham di BMTR dan DILD sepanjang tahun lalu
  • Saham yang dikoleksi dan dilepas oleh LKH sama-sama mengalami penguatan

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor kawakan Lo Kheng Hong (LKH) dikenal sebagai salah satu value investor yang banyak diikuti di Indonesia. Isu atau fakta dirinya menggenggam saham tertentu menjadi sinyal positif akan potensi kinerja saham tersebut karena banyak investor retail yang ramai-ramai ingin mengoleksi saham yang sama dengan sang idola. Lalu bagaimana kinerja saham LKH pasca kepemilikannya dilepas?

Dalam dua tahun terakhir, LKH tercatat setidaknya mengoleksi dua saham baru dan melepas dua saham lainnya. Rotasi saham LKH bergerak relatif lama karena dirinya lebih mengedepankan fundamental dan prospek bisnis perusahaan. Dalam beragam wawancara LKH berkali-kali menekankan bahwa dirinya tertarik berinvestasi di saham dengan valuasi murah tetapi memiliki kinerja keuangan yang baik.

Meski demikian tidak diketahui secara pasti seluruh daftar saham yang ada dalam portofolio LKH, melainkan hanya segelintir saja dengan kepemilikan di atas 5% dan namanya muncul di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) atau yang diketahui publik secara luas.

Dua saham yang baru masuk atau ditambah kepemilikannya dalam portofolio LKH dengan kepemilikan di atas 5% adalah emiten properti Intiland Development (DILD) dan emiten holding media Grup MNC, Global Mediacon (BMTR).

Secara spesifik nama LKH baru muncul pada transaksi tanggal 12 Agustus 2022 dalam laporan harian KSEI dengan kepemilikan 651,42 juta (6,28%) saham perusahaan dengan harga pembelian yang diketahui belakangan ditebus di Rp 147 per saham. Sementara itu di saham LKH juga melakukan cicil beli di saham BMTR dalam beberapa kali kesempatan tahun lalu.

Tidak lama setelah namanya muncul di KSEI, per tanggal 16 Agustus harga saham DILD melonjak ke Rp 206 per saham atau naik 40% dari harga pembelian LKH. Saat ini harga saham DILD diperdagangkan di Rp 165 per saham atau masih 12,24% lebih tinggi dari saat LKH menyerok saham tersebut. Sementara itu saham BMTR tercatat menguat 16,39% dalam setahun terakhir.

Lalu bagaimana kinerja saham yang dilepas LKH?

Dalam dua tahun terakhir, LKH diketahui keluar dari dua emiten yang sebelumnya tergabung dalam Grup Indika setelah oleh pemilik lama dijual kepada pihak baru dan terjadi perubahan pengendali perusahaan.

LKH diketahui melepas seluruh kepemilikan sahamnya di emiten jasa pertambangan Petrosea (PTRO) setelah terjadinya masuknya investor baru dan pergantian pengendali perusahaan.

LKH dilaporkan menggenggam 151.422.200 saham PTRO atau setara dengan 15,01% di awal tahun 2022. Namun, pasca PTRO diakuisisi oleh konsorsium PT Caraka Reksa Optima, LKH diketahui melepas seluruh kepemilikan sahamnya lewat Mandatory Tender Offer (MTO) di harga premium.

Harga penjualan saham PTRO tercatat Rp 3.118/unit, dengan begitu LKH berhasil mengantongi dana sebesar Rp 472 miliar.

Pasca dilepas oleh LKH, saham PTRO ternyata malah berada dalam tren kenaikan dan kini diperdagangkan di harga Rp 5.525 per saham atau 77% lebih tinggi dari pada harga saat LKH keluar dari saham tersebut. Sejak awal tahun saham PTRO terapresiasi 28% dan dalam tiga bulan terakhir melonjak 89%.

Selanjutnya, LKH juga diketahui melepas kepemilikan di emiten logistik jasa perkapalan, PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. (MBSS), menyusul penjualan saham yang dilakukan Grup Indika.

LKH diketahui menjual seluruh kepemilikannya, 101,81 juta (5,82%) saham, di harga Rp 660 pada tanggal 24 Agustus 2021 dengan taksiran perolehan dana segar hasil penjualan mencapai Rp 67,19 miliar.

Sekitar setahun setengah pasca dilego LKH, saham MBSS saat ini diperdagangkan di harga Rp 1.155 per saham atau naik 75% dari harga pelepas oleh LKH.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[email protected]


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ketika Lo Kheng Hong Bicara Soal Dampak Resesi ke RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular