
Harga Komoditas Ambruk, IHSG Ikutan Remuk

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan akhir pekan kali ini, Jumat (10/02/23) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah di level 6895,23. Pukul 09.01 IHSG terpantau turun 0,45% menjadi 6.866,00.
Selang tiga menit berikutnya indeks masih berada di zona negatif terkoreksi 0,50%.
Perdagangan menunjukkan terdapat 198 saham melemah, 127 saham naik sementara 212 lainnya mendatar.
Per pukul 09.03 sekitar 1,1 miliar saham terlibat dengan nilai perdagangan mencapai Rp 465 miliar.
Wall Street sebagai kiblat bursa saham dunia, pada perdagangan semalam kembali merosot. Dow Jones turun 0,73%, S&P 500 0,9%, dan Nasdaq 1%. Tentunya memberikan sentimen negatif ke pasar Asia hari ini, termasuk IHSG.
"Wall Street tidak bisa mempertahankan mood yang bagus. Beberapa trader melihat The Fed akan menaikkan suku bunga lebih tinggi dari yang diperkirakan pasar," kata Ed Moya, analis pasar di Oanda, sebagaimana dilansir CNBC Internasional.
Selain itu, harga komoditas, khususnya batu bara layak menjadi perhatian, sebab pergerakannya sangat volatil di pekan ini.
Dalam perkembangan terbaru, harga batu bara acuan Ice Newcastle Australia kontrak Maret melorot drastis sebesar 16% ke US$ 191/ton, level terendah sejak awal Februari 2022. Ini tentunya berdampak pada sektor energi dan IHSG. Padahal tahun lalu, harga batu bara yang melonjak membuat sektor energi mencatat kenaikan lebih dari 100%.
Namun, sepanjang tahun ini, harga batu bara sudah ambrol lebih dari 50%. Indonesia yang merupakan salah satu produsen utama batu bara, mungkin tidak akan lagi menikmati berkah 'durian runtuh'.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor batu bara sepanjang 2022 sebesar US$ 54,98 miliar, melesat 67,46% dari tahun sebelumnya dan berkontribusi 20% terhadap total ekspor. Namun, dengan harga batu bara yang ambrol seperti saat ini, nilai ekspor tahun ini mungkin tidak sebesar tahun lalu. Pemerintah sudah memperingatkan bahwa windfall (keuntungan yang tak terduga dari komoditas yang naik tajam) akan turun pada tahun 2023.
(Muhammad Azwar/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat