
Pasar Khawatir Fed kembali Agresif, Rupiah pun Ambruk

Jakarta, CNBC Indonesia -Nilai mata uang rupiah terus terpuruk di tengah kekhawatiran pasar mengenai kelanjutan kebijakan hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (the Fed).
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah ditutup merosot 0,60% ke Rp 15.140/US$. Posisi tersebut adalah yang terlemah sejak 17 Januari 2023.
Pelaku pasar khawatir dengan kelanjutan kebijakan hawkish The Fed setelah data tenaga kerja AS menunjukkan ekonomi AS masih panas.
Pasar tenaga kerja yang sangat krusial yaitu Non Farm Payroll, yang mencatat penambahan tenaga kerja baru sebanyak 517,000 pada Desember 2022. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan 260.000 pada Desember 2022.
Terlebih, Institute of Supply Management melaporkan Indeks PMI Non-Manufaktur Amerika Serikat kembali mengalami ekspansi kuat sebesar 55 poin, membaik dan lebih tinggi dibandingkan data sebelumnya yang terkontraksi sebanyak 49,2 poin.
Pasar tenaga kerja yang kuat, iklim bisnis yang pulih di tengah target inflasi yang masih jauh di kisaran kurang lebih 3%, bisa membuat The Fed untuk terus menaikkan suku bunga FFR nya menjadi 5,25% - 5,5% pada Juni 2023. Suku bunga The Fed saat ini berada di kisaran 4,75% - 5%.
Bahkan hal berikut dikonfirmasi oleh perangkat FedWatch milik CME Group. The Fed kini diperkirakan akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Maret dan Mei.
Kekhawatiran pasar ini membuat dolar AS pun langsung melesat dan berisiko terus membuat rupiah terpuruk.
Lebih lanjut data ekonomi terbaru dalam negeri, yakni data Cadangan Devisa yang terpantau mengalami kenaikan menjadi USD 139,4 miliar, ternyata belum mampu mendorong kenaikan mata uang rupiah.
Di kawasan Asia, rupiah menjadi nilai mata uang terlemah ketiga dengan depresiasi 0,6%. Sedangkan di posisi pertama di isi oleh ringgit yang anjlok 1,17% melawan dolar, dan disusul oleh pelemahan mata uang peso Filipina sebanyak 1,16%.
Sebaliknya, sebagian besar mata uang Asia menguat pada hari ini, termasuk dolar Singapura, rupee India, yen Jepang, renminbi China.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hawa Libur Panjang Semakin Dekat, Awas Rupiah Melemah!