Rupiah Strong Hari Ini, Efek Apa Ya?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali mencatatkan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (2/2/2023) pasca the Fed memutuskan memutuskan untuk menaikan suku bunga 25 basis poin (bp) menjadi 4,5%-4,75%.
Dengan kenaikan suku bunga ini, Indeks Dolar Amerika Serikat (AS) langsung jeblok 0,13% ke 101,08 pukul 15:00 WIB. Alhasil, mengacu pada data Refinitiv, rupiah langsung melesat 0,63% ke Rp 14.875/US$ pada penutupan perdagangan hari ini.
The Fed pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia mengumumkan kenaikan suku bunga 25 basis poin menjadi 4,5% - 4.75%.
Kenaikan tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar, dan membuat indeks dolar AS jeblok 0,86% 101,21 yang merupakan level terendah sejak April 2022.
Pernyataan ketua The Fed, Jerome Powell, dalam konferensi pers yang membuat indeks dolar AS jeblok.
"Kami saat ini bisa mengatakan saya pikir untuk pertama kalinya proses disinflasi sudah dimulai," kata Powell.
Dengan ini, inflasi di AS diperkirakan sudah mencapai puncaknya, dan sedang memulai periode penurunan.Artinya, tekanan bagi bank sentral paling powerfull di dunia untuk menaikkan suku bunga lebih agresif lagi akan semakin berkurang.
Sehingga, menyebabkan pelambatan ekonomi Amerika Serikat juga bisa dijaga tidak terlalu dalam, yang tentunya menjadi angin segar bagi dunia.
Dari dalam negeri, rupiah tengah diselimuti sentimen positif pasca Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Januari 2023 mencapai 5,28% (year-on-year), lebih rendah dari Desember 2022 yang mencapai 5,51%.
Bahkan, laju inflasi tahunan ini jauh menurun dari titik puncak inflasi pada September 2022, sebesar 5,95%. Dengan data inflasi yang semakin turun, daya beli masyarakat diperkirakan akan semakin kuat, ini akan membawa angin segar juga bagi pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.
CNBC INDONESIA RESEARCH
aulia.putri@cnbcindonesia.com
(aum/aum)