
Kabar Baik Dari China, Rupiah Siap Menguat Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.965/US$ awal pekan kemarin. Pada perdagangan Selasa (31/1/2023) rupiah berpeluang menguat sebab ada kabar baik dari China yang bisa membuat sentimen pelaku pasar membaik.
Sektor manufaktur China kembali berekspansi untuk pertama kalinya dalam 4 bulan terakhir. Hal ini tentunya menjadi kabar baik, sebab China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia dan mitra dagang utama Indonesia.
Ketika sektor manufaktur kembali berekspansi, maka permintaan komoditas dari Indonesia tentunya berpeluang meningkat.
Analisis Teknikal
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. Rupiah sukses menembus ke bawah Rp 15.090/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Penguatan rupiah sebelumnya terakselerasi setelah menembus Rp 15.450/US$, yang merupakan Fib. Retracement 38,2%.
Rupiah yang disimbolkan USD/IDR sukses kembali ke bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100 dan 200 yang tentunya memberikan peluang penguatan lebih lanjut.
Namun, beberapa indikator juga menunjukkan risiko koreksi rupiah.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator Stochastic pada grafik harian mulai bergerak turun masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang mencapai jenuh jual tentunya memperbesar risiko koreksi.
Selain itu, penguatan tajam pada perdagangan Kamis (12/1/2023) hingga Selasa (24/1/2023) lalu membuat rupiah berkali-kali membentuk gap, atau posisi pembukaan perdagangan yang jauh lebih rendah dari penutupan hari sebelumnya.
Secara teknikal, pasar biasanya akan menutup gap tersebut, yang artinya risiko koreksi bertambah.
Selain itu, pergerakan rupiah Kamis pekan lalu membentuk pola Doji memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut menguat atau balik melemah.
Mengingat Doji muncul saat rupiah berada di posisi terkuat 3 bulan, ada risiko koreksi menjadi lebih besar.
Rupiah saat ini berada di dekat area resisten Rp 14.970/US$. jika ditembus ada risiko melemah ke level psikologis Rp 15.000/US$. Mata Uang Garuda berisiko melemah lebih jauh di pekan ini jika menembus dan bergerak konsisten di atas level psikologis tersebut.
Sementara support terdekat berada di Rp 14.930/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.900/US$. Untuk menguat lebih jauh rupiah perlu kembali menembus konsisten ke bawah level tersebut, dengan target ke Rp 14.730/US$ yang merupakan FIb. Retracement 61,8%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
