Bos BRI Sebut Banyak Investor Kirim Surat, Soal Apa?

Market - Romys Binekasri, CNBC Indonesia
30 January 2023 16:30
Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso dalam acara BRI Microfinance Outlook 2023, dengan tema Financial Inclusion and ESG: The Road to Equitable and Economic Prosperity di Gedung BRI, Jakarta, Kamis (26/1/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso dalam acara BRI Microfinance Outlook 2023, dengan tema Financial Inclusion and ESG: The Road to Equitable and Economic Prosperity di Gedung BRI, Jakarta, Kamis (26/1/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakata, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Sunarso mengaku, perseroan diminta oleh investor untuk fokus pada tata kelola bisnis berkelanjutan atau (Environmental, Social, and Governance /ESG).

Sunarso memaparkan, implementasi ESG menjadi salah satu faktor yang sapat mempengaruhi bisnis industri keuangan, termasuk perbankan ke depannya. Pasalnya, prinsip-prinsip ESG dapat merubah tata kelola perusahaan yang tidak kalah penting dari ancaman inflasi, krisis energi, dan pangan.

"Sebelum terjadi krisis akibat Ukraina dan Rusia banyak investor kirim surat ke kami minta perhatiannya agar kita konsen mengimplementasikan prinsip-prinsip ESG," ujarnya saat rapat bersama komisi VI di gedung DPR RI Jakarta, Senin (30/1).

Selain ESG, Sunarso juga menjelaskan, ada hal-hal lainnya yang dapat mempengaruhi industri perbankan ke depannya, diantaranya, bonus demografi, dimana bonus penduduk usia produktif akan meningkat di 60% nanti di 2030. Tentunya, hal ini akan jadi aset yang dapat berpotensi jika dikelola dengan baik.

Selain itu, perubahan perilaku nasabah yang lebih nyaman melakukan pembayaran digital dibandingkan cash juga tutup mempengaruhi prospek bisnis bank. Saat ini, transaksi nasabah dalam pembayaran digital lebih dari 30%, sementara cash tunai turun sekitar 10%.

Selanjutnya yang keempat adalah low interest rate environment, yaitu tren penurunan credit yield berdampak pada Net Interest Margin yang semakin tertekan. "Kalau kita lihat di 2020 itu NIM bisa lebih 10% tapi 2022 ini hanya sekitar 6% sehingga saya pikir bank tetap didorong untuk memperluas fungsi intermediasinya karena dalam presentasi itu NIM-nya itu makin kecil," sebutnya.

Sementara kelima utilisasi data dan teknologi yang makin dominan. Penggunaan data analitik dapat membantu dan mempercepat proses bisnis kredit underwriting dan marketing. Terakhir, adalah kompetisi dengan fintech.

"Jadi persaingan yang semakin ketat seiring dengan hadirnya pemain-pemain non-bank seperti Fintech dengan berbagai dinamikanya," pungkasnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

BRI Borong 3 Penghargaan, Sunarso CEO Terpopuler di Medsos


(rob/ayh)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading