Emas Hadapi Pekan Genting! Harganya Terbang atau Tumbang?

Market - Maesaroh, CNBC Indonesia
30 January 2023 07:10
Emas Foto: Pexels/Zlataky

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini. Harga emas pun diperkirakan akan volatile karena keputusan The Fed akan sangat berpengaruh terhadap laju emas.

Pada penutupan perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (27/1/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.927,34 per troy ons. Harga sang logam mulia merosot 0,86%.

Kendati demikian, emas masih menguat 0,08% sepekan. Penguatan sepekan tersebut memperpanjang tren positif emas yang sudah merangkak naik selama enam pekan.

Setelah melemah pada Jumat lalu, emas menguat pada perdagangan hari ini. Pada perdagangan Senin (30/1/2023) pukul 05:47 WIB, harga emas dunia di pasar spot di posisi US$ 1.928,19 per troy ons. Emas menguat 0,04%.

"Pekan ini jelas harga emas akan bergerak volatile. Sentimen terkait suku bunga akan mendominasi pergerakan emas. Emas bisa melemah tajam jika keputusan The Fed akan sangat berbeda dengan pasar," tutur analis komoditas Sugandha Sachdeva, dikutip dari Livemint.

Kenaikan suku bunga akan melambungkan dolar AS dan ini berdampak negatif ke emas. Dolar yang menguat membuat emas semakin mahal sehingga sulit terjangkau untuk investasi.

The Fed akan menggelar rapat FOMC pada 31 Januari-1 Februari 2023 waktu AS. Pelaku pasar sejauh ini berekspektasi The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps.

Namun, data-data ekonomi AS terbaru menunjukkan jika ekonomi AS masih panas dan kencang. Inflasi AS memang melandai pada Desember 2022 menjadi 6,5% (year on year/yoy).

Namun, pasar tenaga kerja AS masih ketat. Ekonomi AS juga masih mampu tumbuh 2,9% pada kuartal IV-2022, di atas proyeksi pasar di 2,6%.

Pekan lalu, AS juga mengumumkan data klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 21 Januari. Klaim yang diajukan sebanyak 186.000 atau terendah sejak April 2022.

"The Fed butuh data yang lebih meyakinkan untuk memastikan jika inflasi AS memang melandai. Namun, dengan indikator yang ada saat ini sepertinya The Fed masih butuh waktu untuk menurunkan inflasi," ujar analis OANDA Edward Moya, dikutip dari Reuters.

Harga emas mulai merangkak naik sejak Desember 2022 atau setelah The Fed mengurangi besaran kenaikan suku bunga menjadi 50 bps dari 75 bps pada empat pertemuan FOMC sebelumnya.

Emas bahkan mampu kembali ke level psikologis US$ 1.900 pada pertengahan Januari 2023 karena pasar meyakini The Fed akan terus mengurangi besaran kenaikan suku bunga dari 50 bps menjadi 25 bps.

Sebagai catatan, harga emas tertekan hebat akibat kebijakan kenaikan suku bunga The Fed yang sangat agresif sepanjang Juni hingga November.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Kemarin Melesat Hari Ini Ambrol, Ada Apa Dengan Emas?


(mae/mae)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading