Pengakuan Sri Mulyani: Saya Selalu Terkesan dengan BRI
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi salah satu pembicara kunci dalam acara BRI Microfinance Outlook 2023 di Gedung BRI 1, Jakarta, Kamis (26/1/2023). Dalam acara itu, Sri Mulyani mengungkapkan kedekatannya dengan bank yang lahir pada tanggal 16 Desember 1895 tersebut.
"Karena saya tahu motor di belakang BRI itu otaknya untuk membuat indikator dan yang lain dulu adalah asisten peneliti saya. Jadi saya selalu impress (terkesan) dengan BRI," ujar Sri Mulyani disambut tepuk tangan hadirin, termasuk Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) Sunarso.
"Waktu masih muda banget sekarang kita sudah sama-sama senior Pak Anton," lanjutnya mengacu kepada Direktur BRI Research Institute Anton Hendranata.
Sri Mulyani sepakat dengan Sunarso yang mengatakan lingkungan global dan kebijakan ekonomi Indonesia mengarungi sebuah masa yang tidak biasa.
Sebelumnya, Sunarso mengatakan, meski jauh dari potensi resesi, Indonesia tetap harus waspada dan tidak lengah.
"Kita lihat peluang resesi rendah, tapi tidak boleh gegabah , sembrono, dan harus waspada. Untuk itu, butuh kolaborasi antararea, disiplin ilmu, dan pemangku kepentingan untuk mengukur betapa pentingnya peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia," katanya.
Sunarso menegaskan, UMKM memiliki kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi dan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Dalam 10 tahun terakhir BRI mencatat postur UMKM tidak berubah, dengan kontribusi pada PDB 82,55%.
"Berkali-kali saya sampaikan tugas negara menyejahterakan rakyat, dan cara terbaik adalah dengan memberikan pekerjaan," ujarnya.
Hal ini pun mendorong industri keuangan untuk memperhatikan UMKM, terutama dari sisi pendanaan. Saat ini, total kredit UMKM baru mencapai 22%% dibandingkan target 30% pada 2024. Dari jumlah tersebut, BRI berkontribusi 67% dari total pembiayaan terhadap UMKM.
"Kami akan tingkatkan porsi kredit UMKM menjadi 85% di 2025. Kemudian di balik concern pemerintah, bahwa UMKM harus dapat kucuran kredit seluruh industri keuangan minimal 30%, sehingga bisa meningkatkan level inklusi keuangan," kata Sunarso.
(miq/miq)