5 Ramalan Sekuritas Soal Target IHSG, Nomor 4 Bikin Takut

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Kamis, 26/01/2023 11:40 WIB
Foto: Pexels/Anna Nekrashevich

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia pada awa tahun ini masih berada di bawah level 7.000. Sejumlah sekuritas memprediksi bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pasar saham Indonesia masih akan bergerak berfluktuatif. Namun, ada beberapa sekuritas yang optimis IHSG dapat kembali berpijak ke level 7.000.

Berikut ramalan IHSG dari berbagai sekuritas :

1. Mandiri Sekuritas


Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menyebut, pelemahan IHSG tahun ini karena keluarnya dana asing atau capital outflow yang beralih ke bursa saham China.

Namun, Adrian masih optimis IHSG hingga akhir tahun 2023 mampu mencapai level 7.510. Sebab, pasar saham masih akan bergerak secara fluktuatif karena pandangan investor beralih dari yang sebelumnya pada fokus pada angka inflasi menjadi ke pertumbuhan ekonomi.

Menurutnya, kondisi perekonomian tahun ini akan sedikit menantang yang sebagian besar sentimennya berasal dari faktor global. Para investor masih menyoroti pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) yang dampaknya akan mempengaruhi kebijakan BI yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.

Optimisme IHSG akhir tahun masih mampu mencatat diatas level 7.500 karena meskipun tahun ini menjadi tahun yang menantang di pasar keuangan, namun kinerja indeks bursa saham nasional yang saat ini tetap positif di tengah tekanan global.

2. Pilarmas Investindo Sekuritas

Senada dengan Mandiri Sekuritas, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus juga memproyeksikan IHSG akhir tahun ini bisa kembali di atas level 7.000.

"Target kita di 7.950 dan level terendah di 7.600," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (26/1).

Adapun sentimen pemicunya diantaranya, persiapan menjelang tahun pemilu, stabilitas pemulihan ekonomi, terjaganya konsumsi domestik, serta adanya hilirisasi industri.

3. RHB Sekuritas Indonesia

Head of Research Andrey Wijaya dalam research report terbarunya memprediksi, IHSG akhir tahun ini dapat kembali ke level 7.000. Bahkan, pihaknya menargetkan IHSG akan berada di level 7.450 meskipun terjadi volatilitas yang tinggi selama semester I.

volatilitas IHSG cenderung disebabkan oleh pelemahan mata uang Rupiah dan kekhawatiran akan resesi global yang masih akan menghantui di triwulan pertama 2023.

Sejumlah faktor yang akan mempengaruhi pasar diantaranya, ekspektasi pelambatan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,1% YoY di 2023, potensi penurunan harga komoditas global khususnya harga batu bara, kenaikan inflasi yang mencapai 4,5% didorong oleh kenaikan harga BBM, dan kenaikan suku bunga The Fed menjadi 5,00-5,25% di 2023 (dari 4,25-4,50% di 2022) yang dapat melanjutkan derasnya dana asing yang keluar yang akan menambah tekanan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.

4. DCFX

Senior Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan, IHSG hingga pada tahun kelinci air ini masih terjerembab di level 6.000.

"Saya perkirakan IHSG di 6.000, terendah 5.550, tertinggi 6.600," ucapnya.

Adapun sentimen utama masih pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi global dalam konteks kebijakan suku bunga bank sentral dunia. Apabila inflasi turun lebih cepat dan ekonomi tidak melambat serendah yang diperkirakan, maka hal ini akan positif dan sebaliknya.

Faktor penting lainnya adalah pembukaan ekonomi China.

"Apakah akan sepenuhnya sukses, apakah akan lebih melancarkan masalah supply chain atau justru menjadi pendorong inflasi karena permintaan besar yang tiba-tiba," sebutnta.

Sentimen lainnya dari domestik mengenai revisi Peraturan Pemerintah terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE) diperkirakan akan menguatkan rupiah secara siknifikan. "Ini akan sangat mempengaruhi IHSG," pungkasnya.

5. Samuel Sekuritas

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meramalkan, sepanjang tahun 2023 akan berada di level 7.700. Target tersebut lebih rendah dari sebelumnya yaitu, dari 8.300 menjadi 7.700.

Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi menjelaskan, meskipun IHSG kini diperdagangkan pada forward rasio price to earning (P/E) 11,1 kali, valuasinya masih lebih tinggi daripada sejumlah indeks lain di Asia Tenggara. Sehingga pasar membutuhkan katalis untuk re-rate.


(rob/ayh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Perang Berkobar, Saham & Investasi Mana Yang Bisa Cuan?