BI Diramal Setop Naikkan Suku Bunga, Rupiah Jadi Liar!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 18/01/2023 09:11 WIB
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah bergerak liar melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (18/1/2023), menjelang pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). 

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,1%, tetapi tidak lama langsung menguat 0,16%. Sayangnya gagal dipertahankan, rupiah kembali melemah 0,2% ke Rp 15.190/US$ pada pukul 9:05 WIB. 

Rabu kemarin rupiah melemah 0,8%, sekaligus menghentikan penguatan tajam 4 hari beruntun. Selama periode tersebut penguatan tercatat sebesar 3,4%, kemarin rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 14.975/US$, level terkuat sejak 20 September 2022. Dengan penguatan tersebut, maka wajar terjadi koreksi teknikal yang membuat pelemahan rupiah menjadi tajam kemarin.


BI memulai Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, dan hasilnya akan diumumkan besok. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia mayoritas memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan. Namun yang menarik beberapa memperkirakan bank sentral akan menahan suku bunga acuan.

Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 menjadi 5,75%.

Sebanyak tiga institusi/lembaga memproyeksi BI akan menahan suku bunga di level 5,50%.

Hal ini membuat pelaku pasar menaruh perhatian penuh, sebab jika suku bunga ditahan, tentunya ada risiko rupiah kembali tertekan.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuannya pada level 5,50% pada bulan ini sejalan dengan melandainya inflasi umum dan inti.

"Selain terkendalinya inflasi, kinerja dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama, cenderung terkoreksi sehingga mendorong penguatan rupiah," tutur Josua, kepada CNBC Indonesia.

Josua menambahkan nilai tukar rupiah juga diperkirakan akan menguat sejalan dengan rencana revisi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan operasi moneter valas BI.

Transaksi berjalan juga diperkirakan masih akan surplus pada tahun ini akan menopang rupiah.

"Meskipun demikian, BI masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga sekitar 50-75 bps hingga akhir tahun ini sekiranyarisk-off sentimentdi pasar keuangan global cenderung meningkat kedepannya," imbuh Josua.

Sementara itu, ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan BI masih akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps.

"Kami masih melihat ruangan peningkatan bunga acuan seiring dengan potensi (meningkatnya) inflasi inti dan kenaikan suku bunga The Fed yang akan berlanjut meski pada fase yg lebih lambat," tutur Irman.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS