IHSG Sudah Melesat 1,5% Lebih, Ini Penyebabnya!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Selasa, 17/01/2023 14:48 WIB
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus meningkat di perdagangan sesi kedua Selasa (17/1/2023).

Hingga pukul 14:21 WIB, IHSG sudah melesat 1,52% ke posisi 6.789,419. IHSG pun akhirnya kembali diperdagangkan di level psikologis 6.700 pada hari ini.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi II hari ini sudah mencapai sekitaran Rp 8,6 triliun dengan melibatkan 20,8 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali.


Secara sektoral, sektor consumer discretionary menjadi penopang paling besar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 3,56%. Berikutnya ada sektor finansial yang menyumbang kenaikan sebesar 2,37%, kemudian sektor jasa komunikasi sebesar 2,06%, dan utilities sebesar 1,18%.

Adapun dari sahamnya, saham PT Bank Mandiri menjadi penopang terbesar indeks pada hari ini, yakni mencapai 22,9 indeks poin. Berikutnya ada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang juga menyumbang kenaikan IHSG sebesar 17,4 indeks poin.

IHSG yang melesat lebih dari 1,5% terjadi di tengah masih cerahnya rupiah pada hari ini. Hingga pukul 14:30 WIB, rupiah sudah melesat 0,9% ke posisi Rp 15.175/US$. Bahkan tadi pagi, rupiah sempat menyentuh Rp 14.975/US$, menjadi level terkuat sejak 20 September 2022.

Jika diusut lebih dalam, penguatan rupiah terjadi sebagai imbas sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi resmi merevisi aturan tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019.

Perubahan ini dimaksudkan dalam rangka meningkatkan cadangan devisa negara karena selama ini hasil ekspor Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Bayangkan, Indonesia berhasil mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 31 bulan beruntun, namun fakta ini tidak lantas membuat cadangan devisa (cadev) menguat.

Surplus selama 31 bulan beruntun membuat nilai ekspor Indonesia menyentuh US$ 609,1 miliar atau lebih dari Rp 9.500 triliun. Sayangnya, posisi cadangan devisa (cadev) justru tidak bergerak jauh di kisaran US$ 130-140 miliar pada rentang 31 bulan tersebut.

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2022 mencapai US$ 137,2 miliar, jauh lebih kecil dibandingkan Thailand (US$ 201,9 miliar per Oktober 2022), Singapura (US$ 282,2 miliar), India (US$ 534,02 miliar), serta Korea Selaran (US$ 414 miliar).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa kebijakan revisi ini diambil karena dirinya ingin eksportir menaruh devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri dalam kurun waktu tertentu.

Dengan pundi-pundi dolar ini, maka kondisi eksternal Indonesia semakin kuat jika harus menghadapi guncangan ke depannya.

Hal tersebut disampaikan oleh Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto sesuai arahan Presiden Jokowi dalam rapat kabinet terbatas di Istana Kepresidenan, Rabu pekan lalu.

"Melalui PP 1 kita akan atur supaya devisa itu masuk dulu sehingga akan memperkuat devisa kita," tegas Airlangga.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor