Rupiah Sukses Tembus Rp 14.900/US$, BI Ungkap Alasannya!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
16 January 2023 12:45
Bank Indonesia
Foto: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, penguatan rupiah pada hari ini disebabkan karena berbagai sentimen positif, baik dari dalam negeri dan luar negeri.

Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini. Dolar Amerika Serikat (AS) berhasil dibuat bertekuk lutut hingga kini bertengger di level di bawah Rp 15.000.

Melansir data Refinitiv, Senin (16/1/2023), rupiah langsung melesat 0,43% ke Rp 15.075/US$ begitu perdagangan dibuka. Penguatan rupiah kemudian bertambah hingga nyaris 1% ke Rp 15.000/US$.

Tak lama kemudian, tepatnya pada pukul 09.54 WIB, rupiah berhasil menembus level Rp 14.980 per dolar AS.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto menjelaskan, sentimen pasar global saat ini lebih kondusif dengan adanya beberapa perkembangan ekonomi global.

"Ekspektasi data inflasi US yang menurun, perkiraan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang meningkat sebagai dampak dari reopening policy terkait Covid," jelas Edi kepada CNBC Indonesia, Senin (16/1/2023).

Diketahui, inflasi AS turun menjadi 6,5% (year on year/yoy) pada Desember 2022. Menurunnya inflasi tersebut, diperkirakan membuat The Fed tidak akan seagresif seperti tahun lalu dalam menaikkan suku bunga kebijakannya.

Selain itu dibukanya kembali perjalanan internasional oleh Tiongkok atau China, juga memberikan sentimen positif terhadap pergerakan nilai tukar. Sebab dapat mendorong pariwisata khususnya di Asia Tenggara.

Edi menyebut, kondisi tersebut kemudian mendorong sentimen positif yang ditandai dengan indeks dolar AS (DXY) yang berlanjut menurun alias melemah.

Non-Deliverable Forward (NDF) beberapa mata uang Asia, kata Edi juga mengalami penurunan. Dengan demikian mata uang negara-negara di Asia mengalami penguatan. Tercatat pada perdagangan Jumat (13/1/2023), Ringgit Malaysia menguat 1,54%, won Korea menguat 1,37% sementara renminbi China terapresiasi 2,1%, serta Dolar Singapura menguat 1,21%.

Secara sederhana, NDF merupakan instrumen derivatif seperti kontrak forward, yang artinya kontrak membeli atau menjual valas dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan kurs yang telah ditentukan di awal.

Kondisi tersebut akhirnya mendorong inflow asing di pasar obligasi negara atau SBN ke negara-negara Asia, terutama Indonesia.

Terbukti, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR), pada 1 - 10 Januari terjadi capital inflow hingga Rp 12 triliun.

"Indonesia mengalami peningkatan yang lumayan besar, di tengah masih adanya sedikit net outflow asing di pasar saham," jelas Edi.

Di sisi lain persepsi investor terhadap kondisi fundamental Indonesia juga masih positif. "Hal tersebut yang mendorong rupiah mengalami penguatan," ujarnya. "Ke depan, kami masih mencermati perkembangan global khususnya terkait perkembangan data di US. Saya melihat January effect sepertinya sedang terjadi," kata Edi lagi.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Kontainer dan Kardus Berisi Uang Baru 10 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular