IHSG Ambruk, Kurs Dolar Singapura Cetak Rekor Termahal
Jakarta, CNBC Indonesia - Sentimen pelaku pasar di dalam negeri sepertinya sedang memburuk pada Selasa (10/1/2022), terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ambruk hingga 1,35%. Hal ini membuat nilai tukar rupiah juga terpuruk.
Melawan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah kembali melemah menyentuh Rp 15.600/US$. Sementara itu dolar Singapura masih bertahan di dekat rekor termahal sepanjang sejarah melawan rupiah.
Mata uang Negeri Merlion ini mencetak rekor pada Jumat pekan lalu, dan dipecahkan lagi Senin kemarin di Rp 11.730/SG$. Sementara pada perdagangan hari ini pukul 12:17 WIB dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 11.702/SG$, nyaris stagnan dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Langkah Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) yang mengetatkan kebijakannya cukup agresif pada tahun lalu membuat dolar Singapura perkasa, bahkan menjadi satu-satunya mata uang Asia yang mampu menguat melawan dolar AS.
MAS mulai mengetatkan kebijakan moneter sejak Oktober 2021, hingga saat ini total sudah dilakukan sebanyak 5 kali.
Terakhir pada Oktober 2022 MAS mengubah titik tengah (centre) Singapore dollar nominal effective exchange rate (S$NEER). Sementara untuk slope dan width tidak diubah. Sepanjang tahun lalu, MAS menaikkan centre dolar Singapura sebanyak tiga kali.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER, yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).
Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak di umbar kepada publik.
Dengan mengetatkan kebijakan tersebut, MAS membiarkan nilai tukar dolar Singapura untuk lebih menguat lagi.
Pada tahun ini, MAS berpeluang kembali mengetatkan kebijakannya melihat inflasi yang masih tinggi. Inflasi inti dilaporkan sebesar 5,1% year-on-year (yoy) pada November, tidak berubah ketimbang bulan sebelumnya. Inflasi tersebut berada di dekat level tertinggi dalam 14 tahun terakhir.
Beberapa analis bahkan memprediksi ke depannya dolar Singapura masih akan menguat lagi.
Divya Davesh, Asia FX Strategist Standard Chartered Bank, memprediksi MAS mungkin tidak lagi mengetatkan kebijakannya di tahun depan, tetapi tidak juga akan dilonggarkan. Sebab Inflasi masih akan tinggi.
Dolar Singapura diperkirakan akan banyak menarik carry trade, strategi transaksi di pasar valuta asing dengan meminjam di negara dengan bunga rendah, dan menginvestasikannya di negara dengan bunga yang lebih tinggi.
"Kami memperkirakan dolar Singapura masih akan unggul di regional, didukung oleh daya tariknya sebagai carry trade," kata Divya, sebagaimana dilansir The Daily Stars, Selasa (27/12/2022).
Bank Indonesia sebenarnya juga sudah menaikkan suku bunga acuannya beberapa kali, tetapi belum mampu mendongkrak kinerja rupiah. Tirisnya pasokan valuta asing (valas) khususnya dolar AS di dalam negeri menjadi tekanan bagi rupiah. Padahal neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus 31 bulan beruntun.
Ditengarai para eksportir menempatkan dolar AS mereka di Singapura. Sebabnya, suku bunga deposito valas di Singapura lebih tinggi ketimbang di Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)