Nah! Ada China di Balik Keterpurukan Rupiah
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada minggu kedua tahun 2023, rupiah tampaknya belum bertenaga menghadapi dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah, pada pukul 11.26 WIB, Selasa (10/1/2023), melemah 0,19% ke Rp 15.595/US$.
Dengan pelemahan tersebut, rupiah menjadi yang terburuk di Asia siang ini. Berapa mata uang Asia mampu menguat melawan dolar AS, seperti peso, dan Taiwan dolar.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Edi Susianto membenarkan bahwa rupiah sedikit agak melemah di hari ini. Pelemahan ini bersamaan ringgit, dolar Singapura dan dolar Hong Kong.
"Dan betul juga masih ada genuine demand dari BUMN tertentu, disamping masih net outflow-nya investor asing di pasar saham," tegas Edi kepada CNBC Indonesia, Selasa (10/1/2023).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ambruk hingga 1,35% menunjukkan sentimen pelaku pasar kurang bagus, dan turut menyeret rupiah saat dolar AS juga sedang jeblok. Senin kemarin indeks dolar AS jeblok 0,85% ke 103,001, terendah sejak 10 Juni 2022.
Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengungkapkan sentimen kaburnya investor dari pasar saham dipicu oleh pembukaan kembali ekonomi di reopening atau pembukaan kembali China.
Hal ini memang akan memberikan dampak yang positif bagi ekonomi dan ekspor Indonesia pada jangka panjang.
"Namun pada jangka pendek, kemungkinan besar reopening di China bisa justru menyebabkan arus modal keluar dari equity dan bond markets ASEAN yang performanya relatif bagus tahun lalu," kata Satria kepada CNBC Indonesia.
Dalam hal ini, Satria melihat investor asing terutama di exchange-traded funds (ETF) keluar dari Indonesia untuk membeli aset China yang masih dianggap undervalued, atau murah secara valuasi.
(haa/haa)