
Kabar Baik Dari China Bikin Harga Minyak Mentah Nanjak Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia naik pada perdagangan awal pekan kemarin, China yang mulai membuka kembali perekonomian secara bertahap memberikan sentimen positif.
Melansir data Refinitiv, harga minyak mentah jenis Brent melesat 1,1% ke US$ 79,65/barel, sementara jenis West Texas Intermediate (WTI) 1,2% ke US$ 74,63/barel.
"Pembukaan perekonomian China secara bertahap akan memberikan dorongan ke harga minyak mentah," kata Tamas Varga, broker minyak di PVM sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (9/1/2022).
China merupakan konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia, ketika perekonomiannya berputar lebih kencang, pemintaan minyak mentah tentunya akan meningkat.
Selain itu, ekspektasi suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed juga memberikan sentimen poisitif ke minyak mentah. Sebab, indeks dolar AS merosot hingga ke level terendah sejak Juni 2022.
Pelaku pasar kini sudah menimbang-nimbang apakah bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, atau bisa memangkas suku bunganya lebih cepat.
Seperti diketahui sepanjang 2022, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 425 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%, menjadi yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Kenaikan tersebut juga menjadi yang paling agresif sejak tahun 1980an.
Pada 2023, The Fed berpeluang menaikkan suku bunga dua kali lagi, 50 basis poin pada Februari dan 25 basis poin sebelulan berselang hingga menjadi 5% - 5,25%. Itu kan menjadi level puncak suku bunga di Amerika Serikat, tersirat dariFed dot plotyang dirilis Desember lalu.
The Fed juga menyatakan suku bunga tidak akan diturunkan hingga 2024. Tetapi, dengan data ekonomi AS yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan, pelaku pasar melihat peluang The Fed bisa menurunkan suku bunga lebih cepat.
Sebelumnya, Institute for Supply Management (ISM) Jumat lalu melaporkan sektor jasa Amerika Serikat mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam dua setengah tahun terakhir.
ISM melaporkan purchasing managers' index (PMI) jasa turun menjadi 49,6 jauh dari bulan sebelumnya 56,5. Angka di bawah 50 berarti kontraksi, sementara di atasnya adalah ekspansi.
Kontraksi tersebut menjadi tanda gelapnya perekonomian AS pada 2023, resesi sudah membayangi. Jika resesi benar terjadi dan inflasi menurun, ada peluang The Fed akan menurunkan suku bunga lebih cepat.
Indeks dolar AS pun merosot 0,85% kemarin, dan mendongkrak kinerja minyak mentah. Meski demikian, isu resesi juga membatasi kenaikan harga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Resesi Bakal Panjang, Harga Minyak Mentah 3 Hari Terbenam!
