GOTO DKk! Ini Saham IPO 2022 yang Sukses 'Miskinkan' Investor

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas pendanaan di BEI sepanjang 2022 memang mencetak rekor. Namun tak sedikit dari emiten yang baru IPO di tahun 2022 justru menorehkan kinerja merah pasca listing.

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, dari 59 emiten yang resmi listing di 2022, ada 24 saham yang mengalami penurunan harga.

Banyak diantara emiten-emiten tersebut yang sudah terkoreksi secara parah. Saham IPO dengan kinerja terboncos di tahun ini dipegang oleh GOTO dan OLIV yang anjlok lebih dari 70%. Ada juga saham NANO yang market capnya telah tergerus hingga 69%.

Baca: Simak! Bukan Jam Perdagangan yang Diubah BEI, Tapi Soal Ini

Saham	Change
ADCP	-49%
BAUT	-50%
NTBK	-50%
WINR	-50%
ASLC	-51%
AMMS	-56%
KLIN	-65%
NANO	-69%
OLIV	-72%
GOTO	-73%

Selanjutnya banyak pula harga saham emiten di pasar sekunder yang kini sudah drop ke bawah Rp 100/unit bahkan turun ke level 'gocap' dan bahkan lebih rendah karena masuk papan akselerasi. Berikut ini adalah daftar sahamnya :

Baca: Blibli 'Obral' Saham ke Karyawan, Segini Harganya

Saham	Sektor	Pencatatan	Fund Raised	Last Price	Change
BAUT	Consumer Cyclicals	28-Jan-22	145,000,000,000	50	-50%
NTBK	Industrial	09-Feb-22	70,000,000,000	50	-50%
WINR	Properties & Real Estate	25-Apr-22	150,000,000,000	50	-50%
AMMS	Consumer Non-Cyclicals	04-Aug-22	24,000,000,000	44	-56%
KLIN	Consumer Cyclicals	09-Aug-22	23,000,000,000	34	-66%
NANO	Industrial	10-Mar-22	128,500,000,000	29	-71%
OLIV	Consumer Non-Cyclicals	17-May-22	40,000,000,000	26	-74%

Sumber : data e-ipo diolah Tim Riset CNBC Indonesia hingga 28 Desember 2022

Memang apabila dicermati, saham-saham yang baru IPO dan masuk ke level 'gocap' tersebut merupakan saham-saham third liner dengan nilai pendanaan kurang dari Rp 200 miliar saat menjadi perusahaan publik.

Saham seperti BAUT, NTBK, WINR kini sudah nyender di level 'gocap' hanya kurang dari satu tahun pasca melantai di BEI.

Bagi investor yang membeli saat IPO dan masih menyimpannya dalam portofolio sampai dengan kemarin (28/12), besar kerugiannya jelas mencapai 50%.

Sementara itu saham-saham yang dicatatkan di papan akselerasi seperti AMMS, KLIN, NANO dan OLIV turun lebih dalam. Untuk diketahui, saham di papan akselerasi memang berbeda dari papan utama dan pengembangan.

Perbedaan pertama adalah kebijakan ARA dan ARB yang simetris yakni dengan cap atau batas maksimal atau minimal penurunan 10%. Selain itu harga saham di papan pengembangan juga bisa turun ke Rp 1/unit.

Wajar saja jika saham seperti AMMS, KLIN, NANO dan OLIV bisa turun ke bawah 'gocap'. Papan akselerasi disediakan oleh pihak BEI untuk memfasilitasi perusahaan skala kecil hingga menengah (UMKM) untuk bisa meraih pendanaan dari pasar modal.

Apabila mengacu pada POJK No. 53/POJK.04/2017, perusahaan skala kecil-menengah memiliki skala aset hingga Rp 250 miliar. Selain memiliki aset yang kecil, perusahaan yang masuk ke papan akselerasi diperbolehkan masih merugi asalkan punya proyeksi bisa meraih untung di tahun keenam setelah tercatat di bursa.

Berikut ini adalah rincian aset dan kinerja keuangan emiten-emiten yang listing di papan akselerasi tetapi mencatatkan kinerja saham terboncos di tahun 2022.

Saham	Sektor	Pencatatan	Harga IPO	Last Price	Change	Aset (Rp miliar)	Laba (Rp juta)	Posisi Lapkeu
AMMS	Consumer Non-Cyclicals	04-Aug-22	100	44	-56%	47	680	Dec-21
KLIN	Consumer Cyclicals	09-Aug-22	100	34	-66%	45	306	Sep-22
NANO	Industrial	10-Mar-22	100	29	-71%	177	3,100	Jun-22
OLIV	Consumer Non-Cyclicals	17-May-22	100	26	-74%	60	531	Jun-22

Sumber : data e-ipo, laporan keuangan emiten diolah Tim Riset CNBC Indonesia

Memang secara kerugian, saham OLIV yang paling membuat investor boncos karena market capnya turun paling dalam hingga 74%.

Namun jika dihitung dari sisi kecepatan kerugiannya, saham paling cepat membuat investor tergerus kekayaannya adalah saham KLIN.

Saham KLIN sudah tercatat di bursa sejak 141 hari yang lalu. Apabila penurunan market cap-nya mencapai 66%, artinya kerugian per hari yang diderita investor mencapai 0,5%.

(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Terus-Terusan Ambles, Ini Penyebabnya