Menjelang Ganti Tahun, Rupiah ke Atas Rp 15.600/US$ Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 26/12/2022 09:20 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Senin (26/12/2022). Suasana libur menyelimuti pekan ini menjelang pergantian tahun, sehingga ada kemungkinan perdagangan akan sepi. Hal ini bisa memicu volatilitas tinggi di pasar finansial, termasuk rupiah.

Rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan stagnan, tetapi tidak lama langsung melemah 0,13% di Rp 15.610/US$ pada pukul 9:07 WIB.

Rilis data inflasi Amerika Serikat menjadi salah satu penggerak pasar finansial global. Jumat pekan lalu, inflasi berdasarkan personal consumer expenditure (PCE) tumbuh 5,5% (year-on-year/yoy) pada November, lebih rendah dari sebelumnya 6,1% (yoy).


Sementara inflasi inti tumbuh 4,7% (yoy), lebih rendah dari sebelumnya 5%. Penurunan inflasi PCE sejalan dengan consumer price index (CPI) yang tentunya bisa menjadi sentimen positif. Tetapi, ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell sebelumnya menyebutkan masih perlu lebih banyak data agar yakin inflasi menurun.

"Data inflasi yang kita lihat pada Oktober dan November menunjukkan penurunan kenaikan harga secara bulanan. Tetapi masih diperlukan bukti yang substansial agar yakin inflasi berada pada jalur penurunan," kata ketua The Fed, Jerome Powell dalam konferensi pers Kamis (15/12/2022)

Pernyataan Powell tersebut mengindikasikan kampanye The Fed menurunkan inflasi masih jauh dari kata selesai, suku bunga meski sudah berada di level tertinggi dalam 15 tahun terakhir akan kembali dinaikkan dan ditahan pada level tinggi dalam waktu yang lama.

Sepanjang pekan lalu, rupiah mencatat penguatan tipis 0,03%. Pada pekan lalu, langkah BI guna menahan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri lebih lama menjadi sentimen positif.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan, DHE sebagaian besar sudah berada di dalam negeri tetapi tidak bertahan lama. Untuk itu BI mengeluarkan instrumen baru guna menahan DHE lebih lama.

"Kami akan mengeluarkan instrumen yang baru di mana bank-bank bisa mem-pass on simpanan DHE para eksportir. Jadi eksportir menyimpan dana di bank dan bank bisa meneruskan ke BI dengan mekanisme pasar dan suku bunga atau imbal hasil yang menarik," ujar Perry.

Perry mengatakan imbal hasil yang didapat akan lebih menarik ketimbang di luar negeri, dan bank yang mem-pass on juga akan mendapat insentif.

Jika kebijakan tersebut sukses, dan eksportir menahan valuta asing lebih lama di dalam negeri, pasokan dolar AS akan bertambah dan rupiah akan lebih stabil bahkan berpeluang menguat.

Di pekan ini, pergerakan rupiah akan dipengaruhi sentimen pelaku pasar. Jika Santa Claus Rally terjadi di bursa saham AS, maka rupiah juga berpeluang menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS