Cerita Tahir 'Bermodal Becak' Mengalahkan Mertua Terkaya RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Dato Sri Tahir masuk dalam daftar Forbes 50 dan berada di urutan kesembilan dengan kekayaan mencapai mencapai US$ 4,2 miliar. Angka tersebut meningkat sebesar 0,06% atau US$ 3 juta sejalan dengan penguatan saham perusahaan di bawah kendali Grup Mayapada, yakni PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) sebesar 1,68% ke Rp 605 pada akhir November lalu.
Kekayaan Dato Sri Tahir pun mencapai Rp 67,45 triliun dengan kurs jisdor Rp15.688 per dolar AS. Proporsi terbesar total keseluruhan harta Dato Tahir disokong oleh kepemilikan surat-surat berharga yang mencapai nilai Rp8,29 triliun.
Bukan cuma itu, Tahir juga memiliki beberapa aset berupa tanah dan bangunan yang tersebar di beberapa negara. Ia memiliki total 25 unit tanah yang ia beli di Amerika Serikat dan Singapura.
Properti tanah dan bangunan tersebut memiliki nilai sebesar Rp182,6 miliar. Selain tanah dan bangunan, Dato Tahir memiliki enam unit mobil mewah yang mencapai total nilai Rp 12,9 miliar dari berbagai merk dan seri. Pendiri Bank Mayapada ini juga memiliki harta uang kas triliunan dengan rincian Rp 4,9 triliun dan setara kas senilai Rp 2,1 triliun.
Perjalanan Tahir sebagai konglomerat di Indonesia begitu panjang. Ia memiliki berbagai bisnis di bidang perbankan, tekstil hingga industri otomotif sejak awal 1980-an. Salah satu bisnisnya yang ternama adalah Grup Mayapada, yang bergerak di bidang perbankan hingga kesehatan.
Tahir yang memiliki nama asli Ang Tjoen Ming lahir di Surabaya, 26 Maret 1952. Ia merupakan anak dari pasangan Ang Boen Ing dan Lie Tjien Lien. Ia berasal dari keluarga yang kurang mampu, dahulu orang tuanya pun berprofesi sebagai juragan becak.
Tahir muda menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya, pada tahun 1971. Kemudian dirinya mendapatkan beasiswa karena keuletannya di sekolah bisnis di Nanyang Technological University, Singapura. Ketika di Singapura, ia aktif membeli barang-barang dan menjualnya kembali di Indonesia.
Selanjutnya, Tahir menempuh pendidikan jurusan keuangan di Golden Gates University, California, Amerika Serikat saat umur 35 tahun. Hal ini yang membuatnya semakin menggeluti dunia bisnis hingga sekarang.
Ketika memulai berbisnis, Tahir mengawalinya dari sektor garmen. Kemudian ia masuk ke bidang keuangan yang dibuka dengan mendirikan Mayapada Group pada 1986. Bisnisnya melaju lebih cepat daripada yang dibayangkan, sampai ia mampu bertahan di tengah kondisi krisis moneter di tahun pada 1998.
Mayapada juga masuk ke pasar Saham Bursa Efek Jakarta. Adah hal unik kenapa Mayapada ketika krisis 1998 bisa bertahan, hal ini disebabkan karena Bank Mayapada tidak mengambil kredit dari bank asing sehingga tak bergantung pada kurs saat itu.
Dirinya juga dikenal sering berkontribusi dalam sektor kesehatan, pendidikan dan reformasi hukum. Hal ini dibuktikan ketika ia mencoba menginvestasikan US$ 200 juta dalam kemitraan dengan Bill and Melinda Gates Foundation.
PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) resmi membeli gedung ex Plaza Bali yang dimiliki Dato Tahir dan anaknya senilai Rp 1 triliun di Jalan By Pass I Gusti Ngurah Rai, Kuta, pada 23 November 2022.
"Transaksi antara Perseroan dengan GGM merupakan transaksi afiliasi karena Dato' Sri Prof. DR. Tahir menjabat sebagai pemegang saham pengendali terakhir di Bank Mayapada merupakan salah satu pemegang saham dalam GGM," tulis manajemen Bank Mayapada dalam keterbukaan informasi dikutip pada Senin (28/11).
Pembelian gedung tersebut merupakan transaksi afiliasi. Sebab gedung tersebut dimiliki Dato Tahir dan anaknya, Jonathan Tahir, melalui PT Gatsu Griya Megatama (GGM).
Alasannya perseroan membeli gedung tersebut lantaran harganya terbilang ekonomis. Selain itu, gedung itu selama ini juga disewa Bank Mayapada sebagai kantor cabang guna menunjang operasional perseroan.
Terbaru, Tahir baru saja menjual gedung miliknya ke entitas usahanya sendiri dengan nilai Rp 1 triliun.
Tahir juga sempat menceritakan perjalanan hidup mempertemukan ia dengan istrinya, Rosy Riady, putri pendiri Lippo Group Mochtar Riady.
Tahir dan Rosy jatuh cinta hingga memutuskan menikah meski mendapatkan penolakan dari keluarga Riady. Kala itu, Rosy yang merupakan anak orang kaya raya rela turun tahta demi menikah dengan Tahir.
"Waktu saya nikah jadi suami dari putrinya Mochtar Riady saya masih orang biasa, kerjaan juga belum jelas. Fakta bahwa kita different level," kata Tahir.
Tahir menceritakan selain perbedaan level, perbedaan budaya yang kuat juga menjadi tantangan saat menikahi istrinya.
(tep/ayh)