Pekan Terakhir 2023, Rupiah Bisa Perkasa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu di Rp 15.590/US$.
Pada pekan ini, suasana libur akhir tahun akan membuat perdagangan sepi. Namun, hal tersebut justru bisa memicu volatilitas tinggi di pasar finansial.
Pada pekan lalu, langkah BI guna menahan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri lebih lama menjadi sentimen positif.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan, DHE sebagian besar sudah berada di dalam negeri tetapi tidak bertahan lama. Untuk itu BI mengeluarkan instrumen baru guna menahan DHE lebih lama.
"Kami akan mengeluarkan instrumen yang baru di mana bank-bank bisa mem-pass on simpanan DHE para eksportir. Jadi eksportir menyimpan dana di bank dan bank bisa meneruskan ke BI dengan mekanisme pasar dan suku bunga atau imbal hasil yang menarik," ujar Perry.
Perry mengatakan imbal hasil yang didapat akan lebih menarik ketimbang di luar negeri, dan bank yang mem-pass on juga akan mendapat insentif.
Jika kebijakan tersebut sukses, dan eksportir menahan valuta asing lebih lama di dalam negeri, pasokan dolar AS akan bertambah dan rupiah akan lebih stabil bahkan berpeluang menguat.
Di pekan ini, pergerakan rupiah akan dipengaruhi sentimen pelaku pasar. Jika Santa Claus Rally terjadi di bursa saham AS, maka rupiah juga berpeluang menguat.
Secara teknikal, rupiah masih tertahan di atas Rp 15.450/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 38,2%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Namun, rupiah yang disimbolkan USD/IDR juga berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) dalam beberapa hari terakhir.
Hal ini menunjukkan rupiah kekurangan momentum menentukan arah pergerakan.
Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak turun setelah mendekati wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Support terdekat berada di kisaran Rp 15.550/US$. Jika ditembus, rupiah berpeluang menguat menuju Rp 15.520/US$ - Rp 15.500/US$.
Ruang penguatan ke level kunci Rp 15.450/US$ akan terbuka di pekan ini jika rupiah mampu menembus konsisten ke bawah Rp 15.500/US$.
Sebaliknya resisten berada di kisaran Rp 15.620/US$ hingga Rp 15.640/US$ yang bisa menjadi penahan pelemahan rupiah. Namun jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.700/US$ atau lebih tinggi lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)