Benar Kata Menkeu, Investor Asing Lebih Panik Dari Emak-emak
Jakarta,CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunga BI7DRR sebesar 25 basis poin menjadi 5,5%. Kendati demikian, kenaikan IHSG cukup terbatas, 0,06% ke level 6.824,43 setelah sempat naik ke level tertingginya di level 6.844,12 poin.
Terbatasnya pergerakan indeks juga tak lepas dari tekanan akibat investor asing yang getol menjual bersih saham-saham big cap.
- Bank Central Asia Tbk (BBCA)
Pada perdagangan Kamis kemarin (22/12/2022), BBCA kembali masuk dalam top list jual bersih jumbo asing. Bagaimana tidak, dalam tempo sehari, asing melepas saham BBCA sebesar Rp 111,61 miliar di seluruh pasar. Hal ini pun mendorong harga saham BBCA turun 1,15% ke level Rp 8.575 per saham.
- Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
TLKM berada urutan kedua yang menjadi sasaran aksi jual sehari kemarin. Investor asing menjual bersih dengan nilai yang cukup besar yaitu sebesar Rp 85,86 miliar di pasar reguler dan Rp 82,32 miliar di seluruh pasar. Aksi jual bersih asing di TLKM ini pun berhasil membawa sahamnya turun 1,06% ke level Rp 3.750 per saham.
- Bank Mandiri Tbk (BMRI)
Masih dari industri perbankan, kali ini perbankan milik BUMN yang masuk dalam catatan jual bersih asing. Investor asing telah menjual bersih BMRI sehari kemarin dengan nilai Rp 54,32 miliar di seluruh pasar.
- Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
Investor asing menjual bersih BBNI sebesar Rp 44,61 miliar di pasar reguler dan Rp 52,15 miliar di seluruh pasar.
- Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)
Selanjutnya BBTN yang masih termasuk perbankan milik BUMN yang menjadi sasaran jual bersih asing. Senilai Rp 52,15 miliar saham BBTN yang kali ini dilepas asing di seluruh pasar. Berbeda dengan perbankan big cap lainnya, sepanjang tahun ini BBTN belum dapat mencatatkan performa yang positif dengan harga sahamnya yang tercatat masih turun -18,79%.
Investor Asing Panik"
Itu bukan kali pertama investor asing memasang posisi jual. Dalam sebulan terakhir, aksi jual bahkan mencapai triliunan.
Tercatat, ada 7 saham yang dijual bersih oleh asing lebih dari Rp 1 triliun satu bulan terakhir.
Saham yang paling banyak dilepas asing adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net sell Rp 4,5 triliun. Akibatnya harga saham BBCA pun jatuh 4,72%.
Investor asing juga jual bersih saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 2,3 triliun yang berimbas pada penurunan nilai kapitalisasi pasar TLKM hingga 6,95%.
Saham konglomerasi terbesar di RI yakni PT Astra Internasional Tbk (ASII) juga tak lepas dari tekanan jual asing. Saham ASII dilepas oleh asing sebesar Rp 2,1 triliun dan harganya drop 6,85%.
Selanjutnya ada saham perbankan pelat merah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mengalami net sell asing secara kumulatif sebesar Rp 1,5 triliun dan harganya turun 2,69%.
Saham startup digital PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) ikut diobral asing dengan net sell Rp 1,2 triliun secara kumulatif. Seiring dengan berakhirnya periode lock up saham, market cap GOTO longsor 52,66%.
Asing juga net sell Rp 1,1 triliun di saham TBIG dan ADMR sebulan ini yang membuat nilai kapitalisasi pasarnya masing-masing drop 3,32% dan 7,28%.
Kombinasi aksi jual asing dan penurunan harga saham-saham blue chip tersebut akhirnya ikut menyeret performa IHSG sebulan ini.
Posisi tersebut seolah mengkonfirmasi ucapan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Ia mengatakan bangga dengan investor ritel domestik. Keberadaannya mampu membuat pasar keuangan RI saat ini lebih solid.
Maklum, pasar keuangan RI beberapa medio silam didominasi oleh investor asing. Sekalinya mereka menarik dananya keluar, pasar keuangan domestik langsung goyah.
Tapi, tidak untuk sekarang. "Ritel kita sekarang itu luar biasa, banyak masyarakat investasi di surat berharga negara (SBN)," ujar Sri Mulyani, Rabu (21/12/2022).
"Menariknya, 50% investor adalah ibu-ibu. Menariknya lagi, anak remaja dan pelajar juga banyak menjadi investor," sambungnya.
Itu menunjukkan, pendalaman basis investor ritel saat ini sudah lebih dalam.
"Mereka lebih tenang dan stabil dibanding bond holder atau investor asing yang biasanya gelisah kalau ada isu dari AS. Padahal, isunya bukan di sini, tapi kita ditinggal begitu saja," jelas Sri Mulyani.
(RCI/dhf)