Sentimen Pasar Mendukung, Rupiah Tunggu BI Dulu
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) Rabu kemarin ke Rp 15.590/US$, dan berpeluang berlanjut pada perdagangan Kamis (22/12/2022). Sebab, sentimen pelaku pasar cukup bagus, terlihat dari penguatan bursa saham AS (Wall Street).
Selain itu, pasar kini nanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). Hasil survei Reuters menunjukkan BI juga akan mengendur dengan menaikkan 25 basis poin menjadi 5,5%. Konsensus yang dihimpun Trading Economics pun sama.
Konsensus yang dihimpun TIM Riset CNBC Indonesia juga menunjukkan suku bunga akan dikerek 25 basis poin. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, 12 lembaga/institusi memperkirakan hal tersebut, sementara dua lainnya melihat suku bunga akan dinaikkan 50 basis poin.
Bank Danamon dan Bahana Sekuritas menjadi dua institusi yang memproyeksi BI masih akan agresif dengan mengerek suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 5,75%.
"Melandainya fase pengetatan The Fed membuat rupiah mengalami apresiasi, namun tingkat penguatan masih soft.Risiko tekanan terhadap rupiah masih cukup tinggi melihat potensi kenaikan FFR yang masih berlanjut dan rate differential suku bunga kebijakan domestik dan FFR sangat tipis," tutur ekonom Bank Danamon Irman Faiz, kepada CNBC Indonesia.
Jika BI masih tetap agresif menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin rupiah tentunya berpeluang menguat cukup tajam.
Secara teknikal, rupiah dalam 3 hari terakhir bergerak tipis-tipis saja, sehingga belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. Rupiah kembali ke atas Rp 15.450/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 38,2%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah yang disimbolkan USD/IDR juga kembali ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50). Sehingga tekanan bagi Mata Uang Garuda kembali besar.
Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak turun setelah mendekati wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Support terdekat berada di kisaran Rp 15.550/US$. Jika ditembus, rupiah berpeluang menguat menuju Rp 15.520/US$ - Rp 15.500/US$.
Ruang penguatan ke level kunci Rp 15.450/US$ akan terbuka di pekan ini jika rupiah mampu menembus konsisten ke bawah Rp 15.500/US$.
Sebaliknya resisten berada di kisaran Rp 15.620/US$ hingga Rp 15.640/US$ yang bisa menjadi penahan pelemahan rupiah. Namun jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.700/US$ atau lebih tinggi lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)