CNBC Indonesia Research

Diminta OJK Berhemat, Berikut 4 Bank Dengan Dividen Jumbo

Putra, CNBC Indonesia
22 December 2022 07:03
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (21/12/2022). (Tangkapan layar via Youtube PerekonomianRI)
Foto: Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (21/12/2022). (Tangkapan layar via Youtube PerekonomianRI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Berbicara soal kebijakan dan besaran dividen saham, maka bank-bank 'kakap'-lah yang menjadi jagonya. Bank yang masuk kategori KBMI IV tercatat tidak pernah absen membagikan dividen dalam 5 tahun terakhir.

Mengacu pada ketentuan OJK yang baru, bank KBMI IV terdiri dari 4 bank, 3 di antaranya merupakan bank pelat merah dan satu swasta. Tentu semua sudah kenal dengan mereka. Ya! Siapa lagi kalau bukan BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI.

Sejak tahun buku 2017-2021, BBCA menjadi bank dengan pertumbuhan dividen paling fantastis. Setiap tahunnya, dividen BBCA tumbu 27%. Hal ini disebabkan karena adanya pertumbuhan laba dan kebijakan Dividend Payout Ratio (DPR) yang terus meningkat.

Di posisi kedua ada BMRI yang setiap tahunnya membagikan dividen dengan kenaikan 16% sejak 2017-2021. Tren peningkatan laba bersih bersama dengan DPR juga menjadi pemicu utama kenaikan dividen BMRI.

Secara agregat atau keseluruhan, kebijakan DPR keempat bank kakap tersebut terus meningkat dari 38% pada 2017 menjadi 48% pada 2021.

Earnings per Share (EPS) Bank

2017

2018

2019

2020

2021

BBCA

191

212

234

222

258

BBRI

237

265

282

153

207

BMRI

447

541

595

364

607

BBNI

736

812

832

177

589

Agregat

1,611

1,830

1,942

916

1,660

Dividend per Share (DPS) Bank

2017

2018

2019

2020

2021

BBCA

51

68

111

106

120

BBRI

104

129

164

96

174

BMRI

199

241

353

220

361

BBNI

256

201

206

44

146

Agregat

610

639

835

467

801

Dividend Payout Ratio (DPR) Bank

2017

2018

2019

2020

2021

BBCA

27%

32%

47%

48%

47%

BBRI

44%

49%

58%

63%

84%

BMRI

45%

45%

59%

61%

59%

BBNI

35%

25%

25%

25%

25%

Agregat

38%

35%

43%

51%

48%

Average

37%

38%

47%

49%

54%

Menariknya, tahun 2022 bakal menjadi tahun keemasan keempat bank tersebut. Kinerja keuangan the big-4 sedang sangat baik. Laba bersih keempat bank tersebut tumbuh tinggi hingga periode 9 bulan 2022.

Dengan capaian laba bersih yang mengalami pertumbuhan signifikan, maka berapa potensi dividen yang dapat diperoleh investor?

Apabila mengacu pada laporan keuangan masing-masing bank per September 2022, jika menggunakan metode disetahunkan (annualized), maka laba per saham big 4 banks dapat tumbuh 52,7% tahun ini.

Peningkatan laba bersih terbesar akan didorong oleh BBRI yang diestimasikan dapat tumbuh 68,1%. Laba bersih BBNI setahun penuh di 2022 diestimasikan naik 67,5% dan disusul oleh laba bersih BMRI serta BBCA yang masing-masing naik 45,8% dan 22,9%.

Earnings per Share (EPS) Bank

EPS

DPR

DPS

Div Yield

BBCA

316

47%

147

1.7%

BBRI

348

84%

293

6.0%

BMRI

885

59%

526

5.3%

BBNI

987

25%

245

2.6%

Jika rasio pembagian dividen dari total laba bersih (DPR) diasumsikan sama dengan tahun 2021, dan menggunakan harga penutupan kemarin, Rabu (21/12/2022), maka saham BBRI dan BMRI akan menjadi dua saham dengan imbal hasil dividen (dividend yield) paling tinggi di atas 5%.

Pertahankan Pencadangan

Akan tetapi,moncernya performa itu justru membuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan himbauannya. 

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berpesan untuk para emiten bank untuk tidak menghamburkan ketersediaan pencadangan. Instruksi ini berangkat dari kewaspadaannya akan kondisi ekonomi global tahun depan.

Ia menjelaskan, sejumlah indikator ekonomi domestik tahun ini memang positif. Pertumbuhan kredit naik 11%, naik cukup kuat.

Penyaluran pembiayaan juga naik 13%. "Ini jauh lebih tinggi dari saat pandemi," Mahendra, Rabu (21/12/2022).

Yang menjadi masalah adalah, kondisi ekonomi global tahun depan. Bahkan, disebut-sebut akan ada badai yang sempurna atawa perfect storm yang bakal melanda perekonomian global di 2023.

Dikhawatirkan, kondisi itu juga bisa berimbas pada perekonomian domestik. "Perfect storm, walaupun pemulihan baik, tapi kami ingin ini diwaspadai," imbuh Mahendra.

"Apa yang bisa dilakukan? Bersyukur untuk tahun ini tinggi. (Tapi) perkuat cadangan, jangan buru-buru bagi dividen, nanti jika dibutuhkan itu tidak ada," sambung Mahendra.


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular