CNBC Indonesia Research
Waspada! Ada 'Badai' di Jepang, Obligasi RI Ditinggal Asing

Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) memperlebar yield curve control (YCC) membuat Surat Berharga Negara (SBN) ditinggal investor. Yield SBN langsung naik ke level tertinggi dalam sepekan terakhir.
Merujuk data Refinitiv pukul 10: 20 WIB, yield pada seri benchmark SBN tenor 10 tahun ada di angka 6,951%. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak 9 Desember 2022 atau dalam tujuh hari perdagangan terakhir.
Kenaikan yield tersebut mencerminkan banyaknya investor yang melepas SBN sehingga harganya turun. Sebaliknya, yield akan naik.
Ekonom Mirae Assert Sekuritas Rully Wisnubroto mengungkapkan kenaikan yield merupakan imbas dari kebijakan BoJ. Namun, dia berharap dampak ke depan tidak terlalu besar.
"Kalau ke bond (kebijakan BoJ) memang negatif tapi tidak terlalu besar, pagi ini imbal hasil SBN tenor 10 tahun sedikit naik," tutur Rully, kepada CNBC Indonesia.
Seperti diketahui, BoJ memutuskan kembali untuk tetap mempertahankan suku bunga rendahnya di minus (-) 0,1%, tetapi kebijakan yield curve control (YCC) diperlebar menjadi 50 basis poin dari sebelumnya 25 basis poin.
YCC merupakan kebijakan BoJ yang menahan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun dekat dengan 0%. Ketikayieldmulai menjauhi 0% maka BoJ akan melakukan pembelian obligasi.
Dengan memperlebar YCC, kebijakan BoJ menjadi lebih fleksibel, likuiditas yang disuntikkan ke perekonomian menjadi lebih kecil.
Kebijakan BoJ langsung melambungkan yield surat utang pemerintah Jepang tenor 10 tahun ke posisi 0,46%. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Juli 2015 atau tujuh tahun terakhir.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengingatkan kebijakan BoJ yang memperlebar YCC akan memicu "flight to quality" dari negara lain ke Jepang.
Dengan yield obligasi Jepang yang lebih tinggi maka investor akan lebih membeli obligasi Negara Sakura karena lebih menguntungkan.
"Investor Jepang dan dana pensiun adalah pemegang terbesar dari aset global, termasuk obligasi pemerintah Amerika Serikat. Mereka kemungkinan akan merealokasikan portofolio mereka ke aset domestik (Jepang)," tutur Satria, kepada CNBC Indonesia.
Merujuk data Bank Indonesia, utang luar negeri Indonesia dari kreditor Jepang mencapai US$ 23,33 miliar per Oktober 2021.
Jepang juga merupakan salah satu investor besar pada obligasi Indonesia. Pemerintah bahkan menerbitkan obligasi khusus berdenominasi yen yakni Samurai bond. Pada tahun ini, jumlah penerbitan Samurai bond senilai 81 miliar yen.
Tim Riset CNBC Indonesia
[Gambas:Video CNBC]
Lembaga Asing Ini Ramal Utang RI Terus Menyusut
(mae/mae)