Kena Imbas Heboh Jepang, Rupiah Ikutan Melemah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 December 2022 15:18
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (20/12/2022) akibat memburuknya sentimen pelaku pasar pasca pengumuman kebijakan moneter 2 bank sentral utama di Asia.

Rupiah sebenarnya mengawali perdagangan dengan menguat 0,1% tetapi gagal dipertahankan. Mata Uang Garuda berbalik melemah ke Rp 15.625/US$, sebelum menutup perdagangan di Rp 15.600/US$, melemah tipis 0,03% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) hari ini mengumumkan suku bunga acuan, loan prime rate (LPR) tenor 1 dan 5 tahun tidak berubah sebesar 3,65% dan 4,3%.

Memang hasil survei Reuters menunjukkan PBoC akan mempertahankan LPR, tetapi pasar tetap berharap ada kejutan.

Sebelumnya di awal bulan ini, PBoC sudah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 25 basis poin guna menambah likuiditas ke perekonomian.

Kebijakan tersebut membuat perbankan bisa mengalirkan dana senilai US$ 70 miliar, dan dikatakan memberikan ruang untuk penurunan LPR tenor 5 tahun.

"Penurunan GWM pada Desember menciptakan ruang untuk pemangkasan LPR dalam waktu dekat, khususnya tenor 5 tahun. Kami pikir upaya untuk membantu perekonomian (khususnya pasar perumahan) harus dilakukan secepatnya ketimbang ditunda," kata analis Citi dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters, Senin (19/12/2022).

Analis Citi tersebut memperkirakan LPR tenor 5 tahun yang saat ini sebesar 4,3% akan dipangkas sebesar 10 basis poin. Sementara LPR tenor 1 tahun tetap sebesar 3,65%.

Citi menjadi salah satu analis dari 27 analis yang disurvei Reuters terkait suku bunga PboC. Dari semua analis tersebut, sebanyak 17 orang memprediksi PBoC masih akan mempertahankan LPR di semua tenor.

Sementara itu 8 analis memprediksi LPR tenor 5 tahun akan dipangkas, dan 2 analis melihat pemangkasan di semua tenor.

Namun nyatanya PBoC tetap mempertahankan LPR, dan ada kemungkinan baru akan dipangkas pada awal tahun depan.

Sementara itu bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) hari ini memutuskan kembali untuk tetap mempertahankan suku bunga rendahnya di minus (-) 0,1%, tetapi kebijakan yield curve control (YCC) diperlebar menjadi 50 basis poin dari sebelumnya 25 basis poin.

YCC merupakan kebijakan BoJ yang menahan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun dekat dengan 0%. Ketika yield mulai menjauhi 0% maka BoJ akan melakukan pembelian obligasi.

Pembelian tersebut artinya BoJ menyuntikkan likuiditas ke perekonomian.

Kini dengan YCC diperlebar menjadi 50 basis poin, kebijakan BoJ menjadi lebih fleksibel, likuiditas yang disuntikkan ke perekonomian menjadi lebih kecil.

"Ini diluar perkiraan, kami melihat mereka (BoJ) mulai menguji respon pasar dari exit strategi yang akan diambil," kata Bart Wakabayashi, branch manager di State Street Tokyo, sebagaimana dilansir Reuters.

Pasar sebenarnya melihat BoJ belum akan merubah lebijakannya hingga Maret 2023.

Jika benar BoJ akan bertindak agresif ke depannya, maka era suku bunga rendah resmi berakhir di Jepang. Sekali lagi semakin tinggi suku bunga, maka risiko resesi semakin besar. BoJ pun bakal menambah derita dunia yang diramal mengalami resesi tahun depan. Semua demi meredam inflasi.

Pasar saham pun merespon negatif, indeks Nikkei merosot lebih dari 2% yang menjadi indikasi memburuknya sentimen pelaku pasar. Rupiah pun terkena imbas negatifnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular