
Tanpa Jurus Ini, Ekonomi Indonesia Bakal Ambruk! Percaya Deh

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh meski diterpa badai resesi dan inflasi global pada 2023 mendatang.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan, banyak pihak yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan Asia Tenggara kedepan akan berada dikisaran 5%.
Menurutnya, yang menjadi penopang ekonomi RI dalam menghadapi tantangan global tahun depan adalah kekuatan pasar dalam negeri dan kawasan yang sangat potensial. Kekuatan pasar dapat membuat roda ekonomi tetap berputar dan harus dioptimalkan dari aspek konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan pertumbuhan sektor riil. Hal itu dapat dilakukan dengan menggenjot perekonomian daerah.
"Perekonomian domestik artinya pertumbuhan pembangunan di daerah-daerah Indonesia. Bukan hanya melihatnya satu kesatuan tapi sumber-sumber pertumbuhan di daerah," ujarnya secara virtual, Senin (19/12/2022).
Mahendra menjabarkan, Indonesia memiliki beberapa keunggulan dibandingkan negara maju. Selain angka demografi yang besar, namun diversifikasi industri dan variasi sumber pertumbuhan ekonomi daerah dapat menopang hantaman gejolak global.
"Variasi yang tak ada saingannya. Di sini kena disini naik, turun disini yang sini naik. Dan variasi itu membuat Indonesia lebih kuat daya tahannya dari perekonomian global seperti apapun," jelasnya.
Meskipun demikian, lanjutnya, rasa puas diri terhadap kondisi saat ini tidak boleh membelenggu karena ancaman dapat terjadi kapan saja. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi, dan lembaga harus saling bersinergi memberikan stimulus pertumbuhan ekonomi baru di daerah dan kawasan yang selama ini belum terjamah.
Ancaman baru bisa saja terjadi mengingat geopolitik global masih menjadi hantu yang mengancam seluruh ekonomi di semua negara. Geopolitik menjadi faktor ketiga akibat perang yang semula hanya terjadi pada dua negara yaitu Rusia dan Ukraina, kini bergeser antara dua negara adidaya, yaitu Amerika Serikat dan China.
"Di tempat lain tingkat persaingan geopolitiknya makin berat. Sehingga memengaruhi sistem logistik dan rantai pasok. Antara Amerika dan RRT sekarang sudah ada, keuangan di kavling atau memisahkan diri dari 1 rantai pasok yang sama," ucapnya.
Hal itu menambah beban ekonomi global yang sudah mengalami stagflasi. Bahkan, Mahendra menambahkan, para analis memperkirakan geopolitik akan berlangsung sangat lama hingga 10 tahun kedepan.
"Kali dilihat seberapa lama ini jadi risiko, para analis memprediksi geopolitik tak akan selesai, persoalan persaingan geopolitik di antara 2 negara besar ini tak kurang dari 10 taun kedepan," pungkasnya.
(rob/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OJK Pilih Senjata Ini Hadapi Perfect Storm Ekonomi Dunia