Jakarta, CNBC Indonesia - Dato' Dr. Low Tuck Kwong kini menjadi nama yang tak asing di telinga. Bukan tanpa alasan, beliau masuk sebagai jajaran orang nomor dua terkaya di Indonesia. Diketahui, hartanya naik empat kali lipat dibandingkan tahun 2021.
Dato' Dr. Low Tuck merupakan seorang pengusaha Indonesia sekaligus sebagai pendiri dari Bayan Resources, salah satu perusahaan yang bergerak di sektor tambang batu bara.
Beliau mengawali karirnya dengan bekerja di perusahaan konstruksi milik ayahnya, David Low Yi Ngo. Kemudian 1972, beliau memutuskan untuk pindah ke Indonesia dan pada tahun 1973 memutuskan untuk mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) yang bergerak di bidang konstruksi.
JSI kemudian menjadi pelopor konstruksi pondasi tumpuk (pile foundation) yang kompleks. Kemudian tahun 1988, JSI berekspansi ke bisnis penambangan batubara dan menjadi kontraktor tambang terkemuka. Tak puas sampai disini, tahun 1992, beliau seakan cinta dengan Indonesia dan merubah kewarganegaraannya menjadi WNI.
Kemudian, Beliau membeli tambang batubara pertamanya melalui PT Gunubayan Pratamacoal. Pada tahun 1998, melalui PT Dermaga Perkasapratama, mengoperasikan sebuah terminal batu bara di Balikpapan.
Selang dua tahun kemudian, Low Tuck Kwong mengakuisisi 49,57% Manhattan Resources Ltd, perusahaan pelayaran di Singapura. Tak puas, Low Tuck Kwong juga membeli saham salah satu perusahaan kesehatan terbesar di Singapura, Singapore Health Partners.
Low Tuck Kwong juga pemilik The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric. Salah satu perusahaannya membangun sistem kabel bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.
Pada tahun yang sama, di 1998 Low Tuck Kwong mulai menjabat sebagai Komisaris Utama PT Bayan Resources Tbk. hingga 2018. Selanjutnya, Low Tuck Kwong menjabat sebagai Direktur Utama di perusahaan tersebut.
Di bawah kepemimpinan Low Tuck Kwong, Bayan Resources Tbk. berhasil memiliki hak eksklusif melalui lima kontrak pertambangan dan tiga kuasa pertambangan dari pemerintah Indonesia. Total konsesinya mencapai 81.265 hektare.
Tak bisa dipungkiri, melalui bisnis pertambangan batu baranya yakni Bayan Resources, Low Tuck Kwong sempat menjadi orang terkaya ke-30 di Indonesia versi majalah Forbes.
Tahun 2022, posisi ini naik drastis, beliau mampu menduduki posisi ke 2 sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan hampir berlipat ganda menjadi US$12,1 atau sekitar Rp 186,5 triliun (kurs 15.500/US$) Sementara tahun lalu, harta Low Tuck Kwong US$ 2,55 miliar atau Rp 39,5 triliun yang menempatkan dirinya di posisi 18. Artinya dalam setahun kekayaannya melesat Rp 148 triliun.
BACA HALAMAN SELANJUTNYA >>> Menguak Penyebab Kekayaan Dato' Dr. Low Tuck Naik Drastis
Beli Saham Perusahaan Sendiri
Low Tuck Kwong dikenal suka membeli saham perusahaannya sendiri. Pada 27-30 Juli 2021, misalnya, dia membeli saham perusahaannya sebanyak 145.600 unit di harga Rp26.609 per saham atau mencapai Rp3,87 miliar.
Kemudian, Low Tuck Kwong membeli lagi 211.800 unit saham BYAN seharga Rp26.489 per saham atau setara Rp5,61 miliar pada 13-17 Desember 2021. Low Tuck Kwong kembali membeli saham Bayan Resources sebanyak 331.700 lembar di harga Rp26.383 per saham atau setara Rp8,75 miliar pada 10 Januari 2022.
Pada 17 Januari 2022, dia juga membeli 157.400 saham BYAN dengan harga Rp28.015 per saham atau setara Rp4,40 miliar. Tak berhenti di situ, Low Tuck Kwong membeli 113.000 saham BYAN dengan harga Rp33.217 per saham atau senilai Rp3,75 miliar pada 24 Januari 2022.
Low Tuck Kwong kembali membeli 198,71 juta saham BYAN dengan harga Rp6.488 per saham atau setara Rp1,29 triliun pada 15 Maret 2022.
Setengah bulan berselang, dia membeli 113.400 saham BYAN dengan harga Rp54.345 per saham atau setara Rp6,16 miliar pada 30 Mei dan 2-3 Juni 2022.
Kemudian, Low Tuck Kwong membeli 41.000 saham BYAN dengan harga Rp54.483 per saham atau setara Rp2,233 miliar. Dengan demikian, Low Tuck Kwong memegang 2,04 miliar saham BYAN atau setara 61,18%.
Hal itu pun membuat Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya ke-18 sekaligus termuda di Indonesia versi Forbes pada 2021 saat itu.
Harga Batu Bara Melejit Ibarat 'Durian Runtuh' Bagi BYAN
Penambang batu bara terbesar keempat di negara itu, menjadikannya pemenang terbesar tahun ini, baik dalam persentase maupun dalam dolar. Kekayaannya meningkat sebesar US$9,55 miliar dari US2,55 miliar tahun yang lalu. Low juga muncul di sampul majalah Forbes Asia edisi Desember.
Seperti diketahui, dunia yang haus akan energi pasca pembukaan ekonomi yang lebih luas setelah dilumpuhkan pandemi, membuat bisnis batu bara RI menjadi sektor paling menguntungkan tahun ini. Krisis di Eropa timur ikut mengerek harga komoditas tersebut menyentuh level tertinggi sepanjang masa.
Dalam lanskap usaha batu bara yang ramai oleh banyak pemain, besar ataupun kecil, satu perusahaan keluar menjadi pemenang defacto.
Disuguhi karpet merah, Bayan Resources (BYAN) menjadi perusahaan batu bara terbaik yang mampu menangkap semua potensi yang tersedia, hal ini terlihat di seluruh metrik mulai dari produksi, kinerja keuangan hingga harga saham yang melompat tinggi.
BYAN saat ini menjadi emiten dengan salah satu kapitalisasi pasar terbesar di Bursa RI. Tercatat kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 439,17 triliun.
Harga sahamnya melejit ratusan persen, dengan nilai nominal pembelian satu lot saham sempat nyaris menyentuh Rp 10 juta, sebelum akhirnya perusahaan sukses melakukan pemecahan saham yang juga diikuti oleh antusiasme investor.
Hingga akhir kuartal ketiga tahun ini, BYAN mencatatkan rekor total pendapatan US$ 3,35 miliar atau setara dengan Rp 51,93 triliun (asumsi kurs Rp 15.500/US$). Pendapatan tersebut naik 91,42% dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya.
Perusahaan juga mencatat rekor laba bersih hingga akhir kuartal ketiga senilai US$ 1,63 miliar (Rp 25,26 miliar) atau naik 150% dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya.
Produksi batu bara perusahaan juga meningkat tipis menjadi 27,8 juta ton dalam sembilan bulan pertama tahun ini dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 27,3 juta ton. Bayan sendiri tercatat sebagai perusahaan batu bara dengan angka produksi dan penjualan terbesar keempat di Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA