Sejak IPO, Rp 361 Triliun Menguap Dari GOTO

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
12 December 2022 13:52
GoTo
Foto: Dok GoTo

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten teknologi super app yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) hingga hari ini masih terkoreksi cukup parah dan terus menyentuh batas auto reject bawah (ARB).

Hingga penutupan perdagangan sesi I Senin (12/12/2022), saham GOTO kembali ambles 6,45% ke posisi harga Rp 87/saham. Lagi dan lagi, saham GOTO menyentuh batas ARB pada hari ini.

Saham GOTO sudah terkoreksi selama 15 hari terakhir dan sudah menyentuh ARB selama 11 hari beruntun. Dalam sepekan terakhir, saham GOTO ambles 29,27%, sedangkan dalam sebulan terakhir saham GOTO ambrol 57,35%.

Sementara dari harga IPO-nya di Rp 338/saham hingga hari ini, saham GOTO sudah ambruk 74,26%.

Pada saat perdagangan perdananya di bursa 11 April lalu, saham GOTO sempat menjadi saham dengan kapitalisasi pasar terbesar ketiga di atas emiten telekomunikasi BUMN yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

Saat itu, kapitalisasi pasar atau market cap GOTO mencapai Rp 464,27 triliun, berada di atas TLKM yang mencapai Rp 454,7.

Namun kini, market cap GOTO telah menyusut cukup besar yakni sekitar Rp 361,23 triliun menjadi Rp 103,04 triliun. Saham GOTO pun kini telah keluar dari posisi 10 besar saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa.

Saat ini, posisi GOTO berada di bawah saham emiten rokok yakni PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP), yang kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 109,92 triliun.

Sebelumnya dalam paparan publik insidentil yang dilaksanakan Kamis pekan lalu, manajemen GOTO mengungkapkan alasan sebenarnya di balik koreksi wajar saham GOTO sejak awal Desember dan membuat IHSG tak kunjung bangkit.

Patrick Cao, Presiden GOTO Group mengatakan bahwa fluktuasi harga saham perusahaan terjadi sebagaimana dialami lazimnya perusahaan terbuka (emiten) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Sama seperti laju saham perusahaan publik lainnya, pergerakannya menjadi mekanisme pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk sentimen pasar. Jadi tak hanya kinerja perusahaan, melainkan juga tidak terbatas pada kondisi makro ekonomi, pasar modal dan kompetisi industri," katanya di Jakarta, kemarin.

Patrick menjelaskan, dengan berakhirnya periode lock-up atau masa penguncian saham sejak April-November atau 8 bulan setelah perusahaan mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO), ada kenaikan dalam jumlah saham yang beredar di pasar, yang mengakibatkan peningkatan transaksi jual beli saham.

Hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa hal, antara lain, investor awal yang masuk di harga saham yang lebih rendah yang merealisasikan keuntungan. Kemudian, berakhirnya masa investasi atau fund life untuk investor finansial, dan kebutuhan likuiditas di akhir tahun atau kebutuhan likuiditas lainnya.

Banyak dari variabel ini merupakan hal-hal di luar kontrol dan pengetahuan perusahaan.

Namun, GOTO saat ini memang tengah berupaya untuk lebih cepat mencetak keuntungan. Sederet strategi juga sudah disiapkan, seperti fokus pada bisnis inti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham GOTO Terbang 11%, Ini Penyebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular