Permintaan Sangat Tinggi, Harga Batu Bara Bakal Terbang Lagi

Maesaroh, CNBC Indonesia
12 December 2022 06:25
Tambang terbuka Banks Group Shotton di Northumberland, Britain,
Foto: REUTERS/Barbara Lewis

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara diramal masih akan tinggi pada pekan ini dan bisa kembali ke level psikologis US$ 400 per ton. Meningkatnya permintaan serta suhu di Eropa yang lebih dingin akan menopang harga pasir hitam.

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (9/12/2022), harga batu bara kontrak Januari di pasar ICE Newcastle ditutup menguat 0,86% ke posisi US$ 382,1 per ton. Kenaikan tersebut semakin mendekatkan harga batu bara pada level psikologis US$ 400 per ton.

Namun, secara keseluruhan, harga batu bara melandai 0,75% dalam sepekan. Pelemahan pekan kemarin memutus rekor positif pasir hitam yang selalu menguat pada tiga pekan sebelumnya.

Dalam sebulan terakhir, harga batu bara melonjak 27,3% sementara dalam setahun masih melesat 141,5%.


Batu bara juga diperkirakan masih akan berlari kencang pada pekan ini karena meningkatnya permintaan, terutama dari Eropa. Suhu yang lebih dingin serta berkurangnya pasokan gas di Eropa diproyeksi akan membuat batu bara kembali dicari.

Analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi bahkan memperkirakan harga pasir hitam bisa kembali tembus US$ 400 per ton pekan ini.

"Ada dorongan naik ke harga batu bara. Kami melihat harga batu bara akan ada di range US$ 390-410. (Ada) Ekspektasi persediaan gas di Uni Eropa yang tidak akan mencukupi karena winter yang berpotensi lebih dingin. Selain itu, harga gas Eropa juga mulai pick up," tutur Ahmad Zuhdi, kepada CNBC Indonesia.

Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) menguat 2,6% sepakan dan 22,6% sebulan menjadi 139,11 euro per megawatt-jam (MWh) pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu. Harga gas menguat karena kekhawatiran menipisnya pasokan gas mulai mengikis.

Suhu di Eropa bagian Nordik dan bagian timur diperkirakan akan turun drastis bahkan membeku dalam beberapa hari ke depan.

Kondisi ini akan meningkatkan penggunaan pemanas suhu sehingga permintaan listrik akan melonjak. Sebagai akibatnya, pasokan gas Eropa akan menurun.
Raad Alkadiri, direktur pelaksana energi, iklim, dan sustainability Eurasia Group, mengatakan kapasitas pasokan gas di sebagian besar Eropa sebenarnya masih memadai untuk musim dingin. Namun, pasokan di Jerman rentan.

Sebagian besar di Eropa baru akan menghadapi persoalan berat pada tahun depan karena pasokan gas yang menipis setelah dipakai musim dingin.

"Jika periode 'beku' Eropa lebih lama maka Eropa akan menghadapi risiko lebih berat yakni permintaan gas yang meningkat dan berkurangnya pasokan," tutur Alkadiri, dikutip dari CNBC International.

Khusus untuk Jerman, persoalan besar sudah dihadapi mereka pada musim dingin ini karena berkurangnya pasokan listrik dari tenaga angin. Kondisi ini membuat produksi listrik dari pembangkit batu bara mereka melonjak 22,8% pada pekan lalu.

Produksi listrik dari pembangkit batu bara Jerman sudah naik selama lima pekan beruntun. Produksi dari pembangkit batu bara diperkirakan masih akan naik karena produksi listrik tenaga angin masih di bawah standar dalam beberapa pekan ke depan.

Kenaikan produksi listrik dari pembangkit batu bara membuat pasokan batu bara di pelabuhan utama Eropa ARA (Amsterdam, Rotterdam, Antwerpen) ada di 6,24 juta ton. Kapasitas ini 13% lebih rendah dibandingkan pada Agustus 2022.

Ahmad Zuhdi menjelaskan harga batu bara juga diproyeksi meningkat karena kenaikan permintaan dari China.
"Karena prospek easing zero Covid policy China," tuturnya.

Seperti diketahui, China mulai melonggarkan kebijakan Covid-19 nya setelah aksi protes pada dua pekan lalu. China adalah konsumen terbesar batu bara di dunia sehingga perkembangan di Negara Tirai Bambu akan sangat menentukan harga.

Dilansir dari Reuters, China mengimpor batu bara sebanyak 32,31 juta ton pada November 2022, meningkat 10,7% dibandingkan Oktober.  Permintaan dari China diproyeksi akan meningkat tajam pada Desember karena mereka akan menambah pasokan untuk persiapan musim dingin.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA) Hendra Sinadia juga mengatakan secara historis permintaan batu bara akan sangat tinggi pada Desember karena adanya musim dingin.

"Harapannya sih di Desember ini permintaan batubara dari Tiongkok dan beberapa negara di musim dingin akan meningkat, sementara dari sisi supply agak terkendala oleh curah hujan. Jika permintaan meningkat sementara pasokan terhambat hal ini bisa berdampak terhadap penguatan harga," tutur Hendra, kepada CNBC Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Melesat Hampir 3%, Harga Batu Bara Dekati Rekor Tertinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular