CNBC Indonesia Research
Ini Arah IHSG Hingga Akhir Tahun, Kesempatan Serok?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja positif yang ditorehkan oleh pasar saham sepanjang 11 bulan di tahun 2022 harus tergerus justru di penghujung tahun, sehingga menyisakan pertanyaan mungkinkah angin window dressing tidak berhembus tahun ini?
Berkaca pada periode awal tahun hingga akhir November 2022, return yang dihasilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama tahun berjalan mencapai 6,24%. Namun memasuki Desember, kinerja IHSG justru loyo dan menyisakan apresiasi 3,38%.
Posisi IHSG dari klasemen bursa global pun turun. Jika sebelumnya IHSG 'nangkring' di ranking 1 di kawasan Asia Pasifik, hingga kemarin (8/12), posisi IHSG pun bergerser ke peringkat 3.
Banjir dana asing selama 11 bulan ke pasar saham domestik harus berubah haluan karena para pemodal asing tersebut kini kabur dari bursa lokal. Sepanjang pekan pertama bulan Desember, asing mencatatkan net sell sampai Rp 6,66 triliun di pasar reguler.
Banyak asing yang mulai melepas kepemilikan saham-saham blue chip terutama perbankan seperti BBCA, BBNI dan BBRI yang secara kumulatif mencapai Rp 3,7 triliun. Belum lagi saham TLKM dan ASII yang juga dilego hingga Rp 1,4 triliun.
Ketahanan IHSG justru diuji di penghujung tahun. Ketika selama ini indeks saham acuan nasional tersebut membukukan kinerja yang apik, tampaknya angin mulai berbalik arah.
Setelah sempat bergerak sideways sejak pekan kedua November, awal minggu Desember justru menjadi pekan yang cukup kelabu.
Minggu pertama bulan Desember telah berlalu. Secara historis dalam dua dekade terakhir, return bulanan IHSG selalu positif. Fenomena ini disebut sebagai window dressing.
Sejarah mencatat, kinerja bulanan IHSG di setiap bulan Desember selalu positif. Sejak tahun 2002-2021 atau dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, IHSG tak pernah jatuh ke zona merah.
Median return bulanan IHSG di Desember mencapai 4,05%. Return tertinggi tercatat pada Desember 2003 dengan kinerja mencapai 12,12%.
Dengan posisi penutupan terakhir di 6.804,23 kemarin, maka IHSG ditransaksikan di 14,7 kali Price to Earnings Ratio (PER).
![]() Teknikal |
Konsensus Bloomberg memperkirakan laba per saham (EPS) emiten-emiten di Indonesia dapat tumbuh 56% tahun ini. Dengan estimasi tersebut, maka valuasi IHSG sekarang cenderung terdiskon dengan peers ASEAN yang mencapai 16,8 kali dengan pertumbuhan EPS di bawah IHSG.
![]() Teknikal |
Lantas, sebenarnya seberapa valuasi wajar IHSG sebenarnya? Bagaimana peluang IHSG di akhir tahun ini?
Apabila mengacu pada tren historis, maka secara rata-rata, IHSG cenderung ditransaksikan dengan PER 14,2 kali. Apabila mengacu pada valuasi ini maka target IHSG akan berada di 6.572,2 di akhir tahun atau masih ada peluang penurunan 3,4% dari posisi kemarin.
Namun seharusnya dengan pertumbuhan laba emiten yang fantastis, IHSG layak dihargai dengan valuasi menggunakan PER di kisaran setidaknya 15,2 kali yang mengimplikasikan target di 7.035 yang mengindikasikan ada potensi upside 3,4% dari posisi kemarin, atau setara dengan return 5,55% setahun penuh.
[Gambas:Video CNBC]
Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah
(trp/trp)