Longsor 1% Lebih, IHSG Tinggalkan Level 6.900an

Putra, CNBC Indonesia
Selasa, 06/12/2022 12:10 WIB
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles pada perdagangan sesi pertama Selasa (6/12/2022).

IHSG terpantau drop 1,39% ke level 6.889,97 dan meninggalkan zona 6.900an. Terpantau transaksi cenderung terbatas pagi ini di angka Rp 7,6 triliun dimana 453 saham terkoreksi, 1128 stagnan, dan 118 menghijau.

Pelemahan IHSG menyusul anjloknya indeks saham Wall Street semalam. Indeks Dow Jones ditutup melemah 482,78 poin atau 1,4% ke 33.947,1. Indeks Nasdaq anjlok 1,93% atau 221,56 poin ke 11.239,94 sementara indeks S&P 500 melandai 72,86 poin atau 1,79% ke 3.998,84.


SurveiSupply Management (ISM)menunjukkan PMI sektor jasa melompak ke 56,5 pada November 2022. Nilai tersebut jauh di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan 53,3 ataupun 54,4 yang tercatat pada Oktober 2022.

Sebanyak 13 sektor jasa di AS tumbuh pesat, termasuk sektor konstruksi, kesehatan, dan perdagangan eceran. Tiga sektor terkontraksi yakni informasi, managemen perusahaan dan sektor jasa pendukung.

Lonjakan PMI sektor jasa ini menunjukkan aktivitas ekonomi AS masih kencang sehingga inflasi terancam masih tinggi. Kondisi ini tentu saja tidak diinginkan pelaku pasar karena bisa membuat The Fed mempertahankan kebijakan agresifnya.

"Kenaikan PMI sektor jasa jelas menjadi kabar baik bagi outlook eprtumbuhan ekonomi. Namun, itu bukan kabar baik bagi The Fed yang tengah berusaha menekan permintaan dan memerangi inflasi," tutur ekonomBMO Capital Markets Priscilla Thiagamoorthy, dikutip dariReuters.

Membaiknya data PMI sektor jasa menegaskan sinyal jika laju ekonomi AS masih kencang sehingga inflasi masih 'panas'. Sehari sebelumnya, data tenaga kerha non-farm payroll juga menunjukan hasil yang di luar ekspektasi pasar.

AS melaporkan tambahan tenaga kerja mencapai 263.000 pada November 2022. Angka ini lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni 200.000.

Membaiknya dua data tersebut bisa membuat The Fed berbalik arah. Pelonggaran kebijakan moneter yang diharapkan pelaku pasar juga makin jauh.

Seperti diketahui, Chairman The Fed Jerome Powell pekan lalu mengisyaratkan untuk menaikkan kebijakan suku bunga secara moderat. Pelaku pasar pun meyakini jika The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada 14-15 Desember mendatang.

The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 375 bps menjadi 3,75-4,0% pada tahun ini, termasuk kenaikan sebesar 75 bps masing-masing pada empat pertemuan terakhir.

Sementara itu,yieldsurat utang pemerintah AS tenor 10 tahun ditutup menguat 2,59% ke posisi 3,59% kemarin. Indeks dolar AS menguat 0,74% ke posisi 105,32.


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat