Almighty Dollar Bikin Rupiah Terpuruk ke Atas Rp 15.500/US$!
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Selasa (6/12/2022), hingga kembali ke atas Rp 15.500/US$. Tekanan datang dari eksternal sejak awal pekan kemarin saat rupiah juga berakhir melemah.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di Rp 15.500/US$, melemah 0,23% di pasar spot. Depresiasi rupiah bertambah menjadi 0,42% ke Rp 15.530/US$ pada pukul 9:10 WIB.
Indeks dolar AS yang kembali perkasa. Senin kemarin, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS kembali naik 0,7% setelah rilis data aktivitas sektor jasa AS.
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan purchasing managers' index (PMI) jasa pada November naik menjadi 56,5 dari bulan sebelumnya 54,4, mematahkan ekspektasi penurunan menjadi 53,3.
Sektor jasa berkotribusi sekitar sepertiga dari total perekonomian AS, sehingga ekspansi yang meningkat menjadi indikasi kuatnya perekonomian, dan inflasi kemungkinan susah turun.
"Data ISM sektor jasa menggarisbawahi perekonomian AS masih menunjukkan kekuatan, meski kondisi finansial sudah ketat. Ini menjadi kabar baik bagi outlook pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak bagus bagi The Fed yang berusaha meredam demand dan menurunkan inflasi," kata Priscilla Thiagamoorthy, ekonom di BMO Capital Markets, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (5/12/2022).
Hal ini membuat pasar kembali memperhitungkan The Fed akan bertindak agresif lagi bulan ini dengan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Padahal sebelumnya pasar melihat suku bunga bulan ini akan dinaikkan 50 basis poin, dan ketua The Fed, Jerome Powell juga mengindikasikan hal tersebut bisa dilakukan bulan ini.
"Saya pikir isunya adalah 'puncak inflasi, puncak suku bunga, puncak dolar', saya pikir itu kini perlahan berubah menjadi inflasi yang persisten, suku bunga tinggi yang lebih lama dan persisten," kata Jane Foley, FX strategist senior di Rabobank.
Sementara itu ada kabar baik dari dalam negeri. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), sepanjang bulan November, investor asing melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder senilai Rp 23 triliun. Porsi kepemilikan asing pun meningkat menjadi Rp 736,93 triliun.
Inflow tersebut menjadi yang terbesar di tahun ini. Tercatat sejak awal tahun, inflow hanya terjadi pada Februari dan Agustus saja.
Aksi borong tersebut membuat capital outflow menyusut menjadi Rp 154,4 triliun.
Tidak hanya di pasar sekunder, lelang obligasi yang dilakukan pemerintah juga kembali diminati investor asing.
Jumlah penawaran dari investor asing pada lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa (23/11/2022) kemarin mencapai Rp 6,4 triliun. Jumlah tersebut naik hampir dua kali lipat dibandingkan lelang sebelumnya yang tercatat Rp 3,62 triliun, dan naik tiga kali lipat dibandingkan pada lelang sebulan sebelumnya yakni 27September 2022 (Rp 1,7 triliun).
Jika capital inflow tersebut terus berlanjut, tentunya akan memberikan tenaga bagi rupiah untuk menguat. Stabilitas rupiah bisa memberikan dampak besar ke perekonomian, mulai dari inflasi yang bisa lebih terjaga, beban APBN akibat impor yang menurun, hingga beban pembayaran utang negara maupun korporasi.
Intinya, perekonomian menjadi lebih sehat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)