OPEC+ Tetap Pangkas Produksi, Harga Minyak Makin Tinggi

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
05 December 2022 08:20
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia menguat pada awal perdagangan hari ini setelah OPEC+ mempertahankan kebijakan pemotongan produksi.

Pada Senin (5/12/2022) pukul 06.34 WIB harga minyak Brent naik 0,4% menjadi US$85,95 per barel. Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) tercatat 0,4% menjadi US$80,28 per barel.

OPEC+ setuju untuk tetap berpegang pada target produksi minyaknya pada pertemuan pada hari Minggu karena pasar minyak berjuang untuk menilai dampak dari perlambatan ekonomi China pada permintaan dan pembatasan harga G7 pada pasokan minyak Rusia. OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, membuat marah Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya pada Oktober ketika setuju untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari (bpd), sekitar 2% produksi dunia dari November hingga akhir 2023.

Kartel ini berpendapat telah memangkas produksi karena prospek ekonomi yang lebih lemah. Harga minyak telah menurun sejak Oktober karena pertumbuhan China dan global yang lebih lambat dan suku bunga yang lebih tinggi, mendorong spekulasi pasar bahwa kelompok tersebut dapat memangkas produksi lagi.

Di sisi lain, negara-negara G7 dan Australia menyetujui batas harga US$60 per barel untuk minyak mentah lintas laut Rusia. Batas harga ini sebagai langkah untuk menghilangkan pendapatan Presiden Vladimir Putin sambil menjaga agar minyak Rusia tetap mengalir ke pasar global.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada hari Minggu bahwa Rusia lebih suka memangkas produksi daripada memasok minyak di bawah batas harga dan mengatakan bahwa batas tersebut dapat mempengaruhi produsen lain.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras) Next Article Ambyar! Perdagangan Pertama 2023 Harga Minyak Longsor 4%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular