Rupiah Hilang Tenaga, Bakal Sentuh Rp 16.000/US$ Kah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah di tengah bergejolaknya sentimen pelaku pasar keuangan terhadap ekspektasi apakah bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya pada Desember ini atau tidak.
Meski tekanan masih berlanjut, kalangan ekonom memperkirakan rupiah belum akan tersungkur hingga menyentuh level Rp 16.000 per dolar AS. Ini karena data-data fundamental ekonomi Indonesia masih sangat baik menopang laju pergerakan kurs rupiah.
"Kita belum lihat tembus Rp 16.000 ya mas, mengingat fundamental yang masih kuat. Cadangan devisa masih cukup tinggi dan kebijakan BI diharapkan dapat meredam volatilitas untuk melemah lebih jauh," kata Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (29/11/2022).
Meski begitu, Reny menekankan, berdasar kan konsensus pasar, The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bps pada FOMC meeting Desember 2022 mendatang. Indeks dolar AS saat ini pun menurutnya masih berada di level 106,4 atau naik 10,7 bps year to date (ytd).
"Mengindikasikan penguatan USD masih berlanjut. Minggu ini, pelaku pasar akan mengantisipasi rilis data ketenagakerjaan AS. Nonfarm payrolls AS diprediksi naik sebesar 200 ribu dan tingkat pengangguran stabil sebesar 3,7% pada November 2022," ujar dia.
Ke depan, ia memperkirakan, pergerakan rupiah masih akan terus dipengaruhi oleh normalisasi kebijakan The Fed di tengah perkembangan data - data ekonomi domestik yang membaik. Sepanjang pekan lalu menurut Eka rupiah telah berfluktuasi di antara Rp 15.635 - 15.728 per dolar AS dan pekan ini, diperkirakan bergerak ke kisaran Rp 15.628 - 15.762.
Senada, Global Markets Economist Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto turut mengamini bahwa masih sulit untuk dolar menekan rupiah hungga harus bertengger di level Rp 16.000. Sebab, fundamental pasar keuangan menurutnya tengah dalam trennkondisi membaik setelah ekspektasi kenaikan bunga the Fed tidak sekuat beberapa bulan terakhir.
"Ini setelah melihat realita tekanan inflasi yang mulai mengendur. Apalagi saat ini harga minyak dunia terus turun. Tekanan inflasi komoditas tidak sebesar saat harga minyak diatas US$95/barel. Di sisi lain, fundamental ekonomi kita juga masih solid, terutama sisi neraca dagang yang terus surplus," kata Myrdal.
Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Selasa (29/11/2022). Pelaku pasar menanti rilis data ekonomi dari dalam negeri, dan kepastian apakah bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya pada Desember.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 15.720/US$. Setelahnya rupiah melemah tipis 0,1% ke Rp 15.735/US$ pada pukul 9:10 WIB. Jika gagal bangkit hingga penutupan nanti, rupiah akan mencatat pelemahan 3 hari beruntun.
[Gambas:Video CNBC]
Rupiah di Atas Rp 15.000/US$, Bahaya untuk RI?
(haa/haa)