China Memanas, Seberapa Besar Berpengaruh ke Emas?

Maesaroh, CNBC Indonesia
Senin, 28/11/2022 07:07 WIB
Foto: Pexels/Zlataky

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi perpolitikan China tengah memanas menyusul banyaknya aksi protes menentang kebijakan Covid-19. Pelaku pasar emas pun kini menunggu langkah apa yang akan diambil China untuk mengatasi gejolak tersebut.

China merupakan konsumen dan importir terbesar emas sehingga perkembangan apapun terkait Negara Tirai Bambu akan mempengaruhi pergerakan emas.

Data World Gold Council menunjukkan China menjadi pemborong emas terbesar di dunia pada kuartal III-2022 dengan jumlah 233,5 ton.


"Berita terbesar yang ditunggu pasar tentu saja apa yang tengah dan akan terjadi di China. Investor menunggu katalis baru untuk menggerakkan pasar dan mencari tahu apa katalis baru akan datang dari China," tutur analis dari AllSpring Brian Jacobsen, dikutip dari Reuters.

Seperti diketahui, demonstrasi besar-besaran di seluruh China terkait kebijakan pembatasan (lockdown) sebagai bagian dari strategi nol-Covid berujung bentrokan.

Ratusan pengunjuk rasa dan polisi bentrok di Shanghai pada Minggu (27/11/2022) malam ketika protes atas pembatasan Covid-19 yang ketat di China berlangsung untuk hari ketiga dan menyebar ke beberapa kota.

Gelombang protes sipil belum pernah terjadi sebelumnya di China daratan sejak Presiden Xi Jinping mengambil alih kekuasaan satu dekade lalu. Kini. warga diselimuti rasa frustrasi atas kebijakan nol-Covid dari Xi Jinping 3 tahun setelah pandemi merebak.

Sikap hati-hati pelaku pasar dalam menyikapi perkembangan China terlihat dalam pergerakan emas hari ini. Pada perdagangan Senin (28/11/2022) pukul 06: 10 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.756,18 per troy ons. Harga emas nyaris tidak bergerak dan hanya naik sangat tipis 0,003%.

Penguatan hari ini juga memperpanjang tren positif logam mulia. Emas terus menguat sepanjang pekan ini.

Dalam sepekan, harga emas masih melandai 1,1% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas masih meningkat 6,9% sementara dalam setahun masih ambles 1,6%.

Analis TD Securities Bart Melek memperkirakan pergerakan emas masih akan dalam pola sideways. Selain menunggu perkembangan China, investor juga menunggu sinyal yang lebih kuat mengenai kebijakan moneter di Amerika Serikat.

Pada Rabu pekan ini (30/11/2022), Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell juga akan berpidato mengenai kebijakan moneter dan tenaga kerja di Hutchins Center.
Setelah risalah pertemuan The Fed keluar pekan ini dan mengisyaratkan pelonggaran moneter, publik kini menunggu pernyataan dari Powell secara langsung.

"Emas gagal menembus titik resistance nya pekan lalu. Kami memperkirakan titik support emas kini akan lebih rendah yakni di kisaran US$ 1.730 per troy ons," tutur Melek, kepada Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel, Saham Emas Kembali Jadi Incaran Pasar