Tahun 2023 Berat, Kantong BI Bakal Defisit

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Senin, 21/11/2022 14:20 WIB
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi

Jakarta, CNBC Indonesia - Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2023 diperkirakan mengalami defisit sebesar Rp 19,9 triliun. Defisit ini dipicu oleh defisit pada pos anggaran kebijakan Rp 33,16 triliun.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan anggaran kebijakan ini berkaitan dengan langkah-langkah bank sentral melakukan untuk melakukan stabilitas baik, kenaikan suku bunga dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Secara keseluruhan tahun RATBI 2023 diprakirakan defisit sebagaimana dilihat di tabel Rp 19,99 triliuan terutama dari defisit anggaran kebijakan. Anggaran kebijakan defisit Rp 33,15 triliun di mana anggaran operasilan surplus Rp 13,16 triliun," kata Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI, Senin (21/11/2022).


Seperti diketahui, perekonomian global di tahun ini dan tahun depan diperkirakan masih akan terus bergejolak.

"Kondisi global tahun ini dan tahun ke depan itu masih akan terus bergejolak. Kita tidak tahu kapan selesainya perang Rusia dan Ukraina. Juga perang dagang antara AS dan Tiongkok juga memanas, termasuk juga geopolitik di Taiwan," jelas Perry.

Dengan demikian, BI dipastikan akan memerlukan biaya besar untuk menjaga rupiah dan melakukan operasi pasar tahun depan.

Adapun, rencana ATBI operasional pada tahun depan diperkirakan mengalami surplus Rp 13,16 miliar, turun 6,81% dibandingkan tahun lalu. Tahun depan, BI membutuhkan anggaran sebesar Rp 13,16 miliar.

Sementara itu, BI mencatatkan surplus sebesar Rp 13,23 triliun pada akhir tahun ini. Surplus BI terjadi di tengah-tengah tren pelemahan nilai tukar rupiah.

Perry mengatakan bahwa surplus Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) sampai September 2022 tercatat sebesar Rp 22,87 triliun, dan diprognosakan akan mencapai Rp 13,23 triliun pada akhir 2022.

"Karena memang sejumlah anggaran-anggaran pengeluaran masih dalam proses pembayaran maupun juga relasiasinya sehingga ini akan kami lakukan, sehingga anggaran operasional 2022 akan diprognosakan surplus Rp 15,33 triliun. Sementara anggaran kebijakan defisit Rp 2,3 triliun pada akhir 2022," papar Perry.

Secara rinci, anggaran penerimaan operasional per September telah mencapai 76,79% dan akan mencapai 100,45% pada akhir tahun.

"Terutama ini berasal dari hasil pengelolaan aset valas meski cadangan devisa turun tapi karena imbal hasil suku bunga luar negeri naik sehingga itu secara keseluruhan bisa mencapai prognosa 100,45%," ungkapnya.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Syarat" Suku Bunga BI Bisa Turun Lebih Cepat Dari The Fed