Lengkap! Nih Pemicu BI Kerek Suku Bunga Acuan Jadi 5,25%

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
17 November 2022 15:01
Gedung BI
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin menjadi 5,25. Adapun suku bunga deposit facility menjadi 4,5% dan suku bunga lending facility sebesar menjadi 6%.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, preemptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi.

Perry bilang, akan memastikan inflasi ke dalam sasaran 3% plus minus 1% lebih awal yakni pada paruh pertama 2023.

Selain itu, keputusan kenaikan suku bunga BI sebesar 50 bps juga untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.

"Agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat," jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (17/11/2022).

Selain itu, Perry bilang, kenaikan suku bunga sudah dilakukan secara terukur untuk bisa menekan inflasi dan terjaga.

"BI tetap menaikkan suku bunga secara lebih terukur agar inflasi terkendali. Kenaikan suku bunga tak harus seagresif di negara lain, kenaikan suku bunga secara terukur," tutur Perry.

BI juga mengungkapkan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 diperkirakan akan menurun dari 2022, dengan risiko koreksi yang dapat lebih rendah dan resesi yang tinggi di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Perlambatan ekonomi global dipengaruhi oleh berlanjutnya ketegangan geopolitik yang memicu fragmentasi ekonomi, perdagangan dan investasi, serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif.

Sementara itu, kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) dinilai tetap sehat, sehingga mendukung ketahanan eksternal.

Adapun, ekspektasi inflasi masih tinggi meskipun inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) lebih rendah dari perkiraan awal.

Diketahui, IHK pada Oktober 2022 mencapai 5,715 (year on year/yoy), masih di atas sasaran 3% plus minus 1%, lebih rendah dari prakiraan dan inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,95% (yoy)

"Consensus Forecast bulan November 2022 menunjukkan ekspektasi inflasi pada akhir 2022 masih tinggi yaitu 5,9% (yoy) meskipun lebih rendah dari bulan sebelumnya 6,7% (yoy)," jelas Perry.

"Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia akan memperkuat respons kebijakan moneter untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3% plus minus lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023," kata Perry lebih lanjut.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos BI: Rupiah Ada Kecenderungan Menguat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular