
Masih Loyo! Kapan Rupiah Bisa Balik Perkasa Lawan Dolar AS?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih terus melemah hingga penutupan perdagangan kemarin, Rabu (16/11/2022).
Pergerakannya pun telah bertengger di level Rp 15.610 per dolar AS berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, lebih tertekan dari catatan hari sebelumnya di level Rp 15.564.
Ekonom Senior Chatib Basri mengakui sulit memprediksi bagaimana nasib kurs rupiah ke depannya. Kata dia, kesulitan memperkirakan arah pergerakan rupiah di masa mendatang pun pasti akan dirasakan para ekonom lainnya.
Dalam teori ekonomi memang ada skema yang dikenal exchange rate determination. Tapi dia menekankan berbagai studi empiris di Harvard dan Universitas California, Berkeley, teori itu tidak terbukti untuk bisa 'meramal' nilai tukar secara tepat.
"Oleh sebab itu saya kerap bergurau dengan mengatakan, jika ada ekonom yang tahu berapa nilai tukar masa depan, dia punya rasa humor yang tinggi karena kemungkinan besar salah," ujar Chatib seperti dikutip dari akun instagramnya, Kamis (17/11/2022).
Meski demikian, Chatib memiliki cara untuk melihat arah pergerakan dolar ke depannya untuk melihat kecenderungan laju kurs rupiah. Setidaknya ada tiga faktor yang menurut Chatib bisa menjelaskan berapa lama penguatan dolar akan terjadi.
Faktor pertama, adalah perbedaan pertumbuhan ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dengan Eropa. Chatib bilang, walaupun AS mengalami potensi resesi, namun kondisi ekonominya relatif lebih baik dibandingkan dengan Eropa. "Itu yang menjelaskan mengapa US Dolar menguat terhadap Euro," tuturnya.
Faktor kedua adalah kecenderungan AS yang saat ini sebagai negara net ekspor untuk energi dan komoditas. Dengan begitu, ketika harga energi dan komoditas meningkat, maka neraca perdagangannya akan menguat dan mengakibatkan nilai tukarnya juga ikut menguat.
Adapun faktor ketiga yang dapat menjelaskan seberapa lama dolar akan menguat, yakni upaya bank sentral AS (The Fed) untuk mengatasi inflasi dengan menaikkan suku bunga, mengembalikan modal ke AS dengan sendirinya, dan nilai tukar dolar mengalami peningkatan.
"Ketiga faktor itu lah setidaknya menentukan apakah fenomena strong dolar ini akan terus terjadi atau tidak, kita lihat," jelas Chatib.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (16/11/2022). Padahal Indeks dolar AS yang kembali jeblok pada perdagangan Selasa kemarin.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,1% ke Rp 15.550/US$. Depresiasi rupiah bertambah menjadi 0,23% ke Rp 15.570/US$ pada pukul 9:03 WIB.
Adapun faktor ketiga dolar menguat, yakni upaya bank sentral AS (The Fed) untuk mengatasi inflasi dengan menaikkan suku bunga, mengembalikan modal ke AS dengan sendirinya, dan nilai tukar dolar mengalami peningkatan.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya