Utang Luar Negeri RI Turun Tajam, Kabar Buruk atau Baik Nih?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 15/11/2022 13:09 WIB
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mengalami penurunan tajam pada kuartal III-2022. Namun, penurunan tersebut terjadi akibat investor asing yang menarik dananya dari pasar obligasi.

Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan ULN pada akhir kuartal III-2022 sebesar US$ 394,6 miliar, turun US$ 9 miliar dari kuartal sebelumnya.

"Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) maupun sektor swasta," tulis Bank Indonesia (BI) dalam siaran pers, Selasa (15/11/2022).


Jika dilihat, posisi ULN pemerintah sebesar US$ 182,3 miliar di kuartal III-2022, mengalami penurunan US$ 5 miliar dari periode 3 bulan sebelumnya. Dibandingkan kuartal III-2021, ULN pemerintah tercatat berkontraksi 11,3%.

Dari nilai penurunan tersebut, pemerintah membayar utang plus bunga sebesar US$ 2,8 miliar, sementara sisanya akibat investor asing yang kabur dari Indonesia. Tidak hanya di kuartal III-2022, tetapi sejak awal tahun investor asing menarik modalnya dari pasar obligasi.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), sepanjang tahun ini hingga 11 November, tercatat capital outflow di pasar obligasi sekitar Rp 175 triliun.

Besarnya capital outflow tersebut menjadi kabar buruk, sebab menjadi salah satu biang kerok terpuruknya nilai tukar rupiah di tahun ini.

Rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 15.700/US$, dan melemah sekitar 9%. Terpuruknya Mata Uang Garuda bisa berdampak pada membengkaknya beban pembayaran utang pemerintah maupun swasta. Perusahaan-perusahaan yang memiliki pendapatan dalam rupiah, tetapi memiliki kewajiban membayar utang atau membeli komponen bahan baku dalam dolar AS menderita. 

PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) menjadi contohnya, rating utang jangka panjangnya dipangkas oleh PT Fitch Ratings Indonesia, menjadi CC dari sebelumnya di level B- pada pekan lalu. Peringkat CC menunjukkan adanya potensi risiko KIJA gagal bayar utang.

Downgrade peringkat utang itu juga mengenai obligasi senior tanpa jaminan senilai US$300 juta yang baru akan jatuh tempo pada 5 Oktober 2023. Rating obligasi yang kini menjadi CC dari B- ini dijamin oleh KIJA dan diterbitkan oleh anak usahanya Jababeka International BV.

Menurut Fitch, penurunan peringkat mencerminkan adanya peningkatan ketidakpastian tentang kemampuan KIJA untuk mengatasi pembayaran obligasi yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan.

Pada awal Oktober lalu, Jababeka sudah mendapat kucuran utang dolar AS dari Bank Mandiri senilai US$100 juta. Utang baru ini jatuh tempo lima tahun dengan cicilan setiap enam bulan sekali. Manajemen sudah mengakui, tujuan utang baru itu diantaranya untuk membayar utang jatuh tempo, termasuk obligasi US$300 juta yang harus lunas Oktober 2023.

ULN swasta sendiri juga mengalami penurunan di kuartal III-2022, berdasarkan laporan BI. Tercatat ULN swasta pada akhir September sebesar US$ 204,1 miliar, turun dari akhir Juni sebesar US$ 207,7 miliar, dan mengalami kontraksi 2,6% (yoy).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas