Awas 'Kekeringan'! RI Butuh Banyak Dolar AS Akhir Tahun
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dan korporasi akan membutuhkan banyak dolar Amerika Serikat (AS) di akhir tahun untuk membayar utang, dividen serta aktivitas transaksi lainnya. Hal ini akan menggerus likuiditas valuta asing (valas) di dalam negeri.
"Menjelang akhir tahun akan ada kebutuhan dolar musiman, dividen interim perusahaan internasional," ungkap ekonom Citibank Helmi Arman pada kegiatan Konferensi Pers Citi Indonesia, Kamis (10/11/2022).
Menurut Helmi, dolar AS masih akan dipasok oleh devisa hasil ekspor komoditas, meskipun harga batu bara kini mulai menurun. Risiko yang patut dicermati adalah gejolak di pasar keuangan karena ada kemungkinan Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed) kembali menaikkan suku bunga acuan.
Tentunya hal tersebut tidak hanya akan memukul Indonesia, namun hampir semua negara. Di mana investor cenderung memilih dolar AS sebagai aset yang paling aman dalam situasi sekarang.
"Yang mungkin harus kita pantau terus adalah risiko gejolak yang ditimbulkan oleh perubahan ekspektasi kenaikan bunga," jelasnya.
Bagaimana dengan cadangan devisa Indonesia?
Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2022 tetap tinggi sebesar US$ 130,2 miliar, sedikit menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2022 sebesar US$ 130,8 miliar.
"Mengenai cadangan devisa, memang cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan dibanding posisinya di awal tahun, tapi perlu kita catat juga penurunan devisa ini tidak sepenuhnya intervensi pasar valas tapi juga karena terjadi perubahan market dari aset luar negeri yang dipegang BI," terangnya.
Helmi menambahkan kondisi ini memang tengah dirasakan oleh semua bank sentral akibat dari kenaikan yield US treasury.
"Suku bunga imbal hasil US treasury itu naik signifikan, naik dari 1% ke sekarang 4%, itu berarti harga obligasinya turun, sekarang semua bank sentral cadangan devisanya tergerus, karena nilai obligasi US treasury sebagai cadangan devisa itu nilainya turun," jelasnya.
Namun, menurutnya posisi cadangan devisa Indonesia saat ini masih berada di atas standar kecukupan internasional yang ditunjukkan dengan besaran di atas 3 bulan impor dan memenuhi standar aman International Monetary Fund (IMF).
"Dan untungnya Indonesia kalau dinilai kecukupan cadangan Indonesia lumayan berada di atas standar-standar internasional. Kalau dilihat dari besarnya impor di atas 3 bulan, kalau pakai standarnya IMF cadangan devisa dibandingkan dengan arah metrik itu Indonesia masih dalam kisaran yang dianggap aman oleh IMF," papar Helmi.
(mij/mij)