Likuiditas Seret, Bitcoin Cs Sekarat Lagi!

chd, CNBC Indonesia
10 November 2022 09:43
Harga Bitcoin anjlok
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto terpantau kembali ambles pada perdagangan Kamis (10/11/2022), di mana kabar dari krisis likuiditas makin membuat investor khawatir akan kejadian serupa beberapa bulan lalu.

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, Bitcoin ambruk 11,97% ke posisi harga US$ 16,163,83/koin atau setara dengan Rp 253.852.950/koin (asumsi kurs Rp 15.705/US$). Sedangkan untuk Ethereum anjlok 13,96% ke posisi US$ 1.135,36/koin atau Rp 17.830.829/koin.

Berikut pergerakan 7 kripto utama non-stablecoin pada hari ini.

CryptocurrencyDalam Dolar ASDalam RupiahPerubahan Harian (%)Perubahan 7 Hari (%)Kapitalisasi Pasar (US$ Miliar)
Bitcoin (BTC)16.163,83253.852.950-11,97%-20,42%310,39
Ethereum (ETH)1.135,3617.830.829-13,96%-26,41%139,34
BNB271,904.270.190-16,38%-15,38%43,35
XRP0,34265.381-13,33%-24,65%17,30
Cardano (ADA)0,32785.148-10,28%-16,27%11,30
Dogecoin (DOGE)0,075371.184-13,36%-43,24%10,01
Polygon (MATIC)0,840113.194-17,63%-6,06%7,36

Sumber: CoinMarketCap

Bitcoin ambles dan menyentuh kisaran US$ 16.000, di mana kisaran harga ini menjadi yang terendah sejak November 2020 lalu.

Tak hanya Bitcoin saja, Ethereum juga menyentuh level terendahnya sejak Juli 2022 dan Juli 2021 silam. Ethereum pada hari ini diperdagangkan di kisaran US$ 1.100.

Krisis likuiditas yang menimpa bursa kripto FTX membuat investor kembali khawatir bahwa kejadian serupa yang menimpa beberapa perusahaan kripto pada beberapa bulan lalu akan kembali terjadi.

Mereka khawatir bahwa krisis seperti Celsius, Three Arrows Capital, Voyager Digital, dan beberapa perusahaan kripto yang telah bangkrut beberapa bulan lalu akan kembali terjadi.

Apalagi, ada kabar bahwa bursa kripto Binance mundur dari proses akusisi FTX. Kabar ini, membuat bursa kripto milik Sam Bankman-Fried tersebut makin tersudut dan terancam bangkrut.

Hanya sehari setelah CEO Binance, Chengpeng Zhao mengumumkan kesepakatan akuisisi bisnis FTX di luar Amerika Serikat (AS), CNBC International melaporkan bahwa Binance mengumumkan 'putar balik' dari proses akuisisi.

Suntikan modal dari Binance padahal dinilai sebagai satu-satunya cara bagi FTX untuk selamat. Pada awal tahun ini, valuasi FTX mencapai US$ 32 miliar atau sekitar Rp 501 triliun berdasarkan penanaman modal oleh investor privat.

"Pada awalnya, harapan kami adalah bisa membantu konsumen FTX dengan menyediakan likuidtas. Namun, isu ini ternyata di luar kemampuan kami untuk menolong," kata Binance.

Pada Senin malam, Bankman-Fried dihadapkan pada kekeringan modal sehingga bergeriliya mencari dukungan suntikan modal dari modal ventura dan investor lain sebelum akhirnya membuka diskusi dengan Binance.

Zhao awalnya setuju untuk membantu, tetapi Binance kemudian berubah pikiran dengan alasan "salah kelola dana nasabah dan kemungkinan investigasi oleh badan pemerintah Amerika Serikat".

Bankman-Fried, menurut Wall Street Journal, memberi tahu kepada investor bahwa FTX kekurangan dana hingga US$ 8 miliar untuk memenuhi permintaan penarikan dana.

Kabar buruk tentang FTX sudah bergulir sejak Senin lalu. Saat itu, upaya Bankman-Fried untuk menjaga keyakinan investor runtuk setelah Zhao mengumumkan penjualan native token FTX, yakni FTT dari portofolio Binance.

Pada Selasa lalu, Bankman-Fried menyatakan bahwa total permintaan penarikan dana konsumen mencapai US$ 6 miliar. Pada hari yang sama, ia menghapus tweet yang menyatakan FTX punya cukup aset untuk memenuhi permintaan tersebut.

Kepada pegawai Binance, Zhao menegaskan bahwa dia tidak memiliki "rencana besar" di balik batalnya akuisisi FTX. Jika FTX bangkrut, lanjutnya "bukan hal baik untuk siapa pun di industri".

Zhao juga mengimbau kepada pemegang token FTT untuk tidak bertransaksi hingga situasi di bursa kripto tersebut jelas. "Jangan beli atau jual."

Selain akibat kabar dari krisis likuiditas FTX, pemilihan paruh waktu Kongres AS yang hasilnya masih tidak jelas juga membuat investor berpaling untuk memburu aset kripto.

Pemilihan berjalan ketat dan hasilnya masih belum jelas. Partai Republik diperkirakan akan menguasai mayoritas kursi DPR. Hal ini tentunya bisa menghambat kebijakan-kebijakan yang akan diambil Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat.

Hingga saat ini, Partai Republik sudah memperoleh 207 dari 435 kursi DPR. Sementara Partai Demokrat 184 kursi. Diperlukan 218 kursi untuk menjadi mayoritas di DPR Amerika Serikat.

Jika Partai Republik berhasil menguasai DPR, maka pelaku pasar akan menghadapi gridlock, dan risiko lolosnya rancangan undang-undang yang dibuat Pemerintah Biden bisa banyak yang mental.

Yang paling dekat adalah pembahasan rancangan APBN di AS. Masalah klasik di AS ketiga DPR dikuasi partai oposisi. Pembahasan rancangan APBN kerap kali buntu yang membuat pemerintahan AS sering mengalami shutdown atau penutupan sementara.

Alhasil, pelaku pasar pun merespon negatif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Libur Tahun Baru Imlek 2023, Apa Kabar Harga Bitcoin Cs?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular