
Ada 'Angin Segar', BI Pede Rupiah Selamat dari Terkaman Dolar

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah diyakini akan selamat dari terkaman dolar Amerika Serikat (AS). Keyakinan ini dipicu oleh 'angin segar' dari dalam negeri yang akan diumumkan beberapa hari lagi.
Demikian diungkapkan oleh Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/11/2022)
Dody menjelaskan, pelemahan rupiah terjadi karena dolar AS yang terlalu perkasa, terlebih pasca pengumuman kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed) sebesar 75 bps menjadi 3,75-4%.
"Sejalan dengan pergerakan DXY yang menguat secara broad-based pasca pengumuman kemarin ke level 112,72, sentimen risk-off atau flight to quality di beberapa negara emerging market meningkat, dan menyebabkan mayoritas nilai tukar di kawasan melemah, termasuk Indonesia," jelasnya.
Dody meyakini pelemahan nilai tukar akan terbatas, seiring dengan kabar baik dari perekonomian Indonesia yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal pekan depan. BI meyakini pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 akan lebih tinggi dari 5,5%.
Kabar baik lainnya yang sudah lebih dulu datang adalah inflasi yang di bawah perkiraan pada Oktober 2022, yakni 5,7% year on year (yoy).
"Kami perkirakan relatif terbatas ditopang optimisme pertumbuhan ekonomi di kuartal III," kata Dody.
Faktor pendorong penguatan rupiah juga datang dari yield surat berharga negara (SBN) yang semakin kompetitif dibandingkan dengan yield US Treasury. Kini yield SBN 10 tahun ada di sekitar 7,5%.
Melansir data Refinitiv, rupiah pagi ini langsung melemah 0,19% ke Rp 15.725/US$ saat pembukaan perdagangan. Depresiasi bertambah menjadi 0,29% ke Rp 15.740/US$ pada pukul 9:03 WIB. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak April 2020.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto menambahkan bahwa pelemahan rupiah hari ini juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan dolar AS oleh perusahaan, untuk pembayaran utang dan repatriasi.
"Kami mendapat info ada kebutuhan genuine demand dari beberapa perusahaan, tapi puji syukur pasar bisa memenuhinya," terangnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos BI: Rupiah Ada Kecenderungan Menguat!