Top Gainers-Losers

Saham Ini Sudah Kasih Cuan Gede di Awal Bulan

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
02 November 2022 07:09
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (01/11/2022) kemarin atau pada awal perdagangan di November 2022.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,66% ke posisi 7.052,3. Upaya IHSG untuk kembali ke zona psikologis 7.100 pun kembali gagal kemarin.

Pada perdagangan sesi I kemarin, IHSG sempat dibuka menguat 0,42% ke 7.128,14. Namun sekitar 30 menit setelah dibuka, IHSG berbalik arah ke zona merah hingga penutupan perdagangan sesi I.

Sedangkan di perdagangan sesi II kemarin, pelemahan IHSG pun berlanjut. Bahkan IHSG sempat menyentuh level terendah hariannya di 7.018,55. Kemudian pada pukul 14:00 WIB, IHSG kembali mencoba untuk bangkit, namun tetap gagal menembus zona hijau hingga akhir perdagangan kemarin.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 15 triliun dengan melibatkan 22 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Hanya sebanyak 186 saham yang menguat, sedangkan sisanya yakni sebanyak 355 saham melemah dan 161 saham stagnan.

Investor asing kembali melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 350,19 miliar di pasar reguler pada perdagangan kemarin.

Saat IHSG berakhir melemah, beberapa saham masuk ke jajaran top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Selasa kemarin.

Saham Top Losers

Saham emiten jasa keuangan yakni PT Pool Advista Finance Tbk (POLA) memimpin deretan top gainers pada perdagangan kemarin. Saham POLA ditutup meroket 34,44% ke posisi harga Rp 121/saham.

Nilai transaksi saham POLA pada perdagangan Selasa kemarin mencapai Rp 6,26 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 55,81 juta lembar saham. Namun, asing melepasnya sebesar Rp 12,7 juta di pasar reguler.

Jika melihat data perdagangan sejak perdagangan 24 Oktober hingga kemarin, saham POLA hanya menguat sebanyak 2 kali dan melemah hanya sekali. Sedangkan sisanya stagnan sebanyak 4 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham POLA melonjak 35,96% dan dalam sebulan terakhir, saham POLA juga melesat 32,97%.

Belum diketahui penyebab melesatnya harga saham POLA. Namun secara bandarmology, saham POLA diakumulasi dalam jumlah besar oleh broker ritel domestik, seperti YP, DR, dan BQ.

Dari kinerja keuangannya pada semester I-2022, rugi tahun berjalan POLA mulai berkurang yakni menjadi Rp 2,05 miliar, dari sebelumnya pada semester I-2022, rugi tahun berjalan POLA mencapai Rp 4,33 miliar.

Diketahui, saham POLA merupakan portofolio dari ASABRI dengan kepemilikan saham di atas 7,43%.

Selain saham POLA, terdapat pula saham emiten kendaraan terminal yang juga menjadi salah satu anak usaha PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero), yakni PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC). Saham IPCC berakhir melesat 15,53% menjadi Rp 595/saham.

Nilai transaksi saham IPCC pada perdagangan kemarin mencapai Rp 27,71 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 46,92 juta lembar saham. Asing juga melepasa saham IPCC sebesar Rp 445,63 juta di pasar reguler.

Mengacu data perdagangan, sejak perdagangan 24 Oktober hingga kemarin, saham IPCC mencatatkan penguatan sebanyak 3 kali, melemah sekali, dan stagnan juga 3 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham IPCC melesat 15,53% dan dalam sebulan terakhir, saham IPCC juga melesat 16,67%.

Melesatnya saham IPCC terjadi setelah melaporkan bahwa sepanjang 9 bulan hingga September 2022, telah membukukan laba tahun berjalan senilai Rp 108,89 miliar, melonjak signifikan sebesar 556,15% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang hanya Rp 16,59 miliar.

Merujuk pada data laporan keuangan kuartalan yang dipublikasi pada laman BEI, IPCC membukukan pendapatan operasional senilai Rp 508,303 miliar mengalami pertumbuhan 46,17% dari periode yang sama tahun 2021 senilai Rp 347,77 miliar.

Adapun pada periode ini, perseroan menanggung beban pokok pendapatan senilai Rp 264,00 miliar, naik 24,44% dibandingkan sebelumnya senilai Rp 212,14 miliar. Sehingga laba kotor sudah terlihat jelas melonjak 80,15% menjadi Rp 244,33 miliar, dari sebelumnya seebsar Rp 135,62 miliar.

Indonesia kendaraan terminal yang merupakan entitas usaha dari BUMN Pelindo II menanggung beban umum dan administrasi sebesar Rp 72,80 miliar, naik dari sebelumnya Rp 72,34 miliar. Namun Perseroan berhasil memangkas beban operasional lainnya menjadi Rp 4,08 miliar dari sebelumnya Rp 51,41 miliar.

Berkat capaian tersebut maka laba usaha IPCC per 30 September 2022 terkumpul Rp 170,58 miliar melonjak 1.320% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 senilai Rp 12,00 miliar.

Dengan kinerja perseroan yang cukup gemilang di sepanjang 9 bulan pertama Tahun 2022, maka laba per saham Dasar dengan nilai penuh melonjak menjadi Rp 59,88 dari sebelumnya hanya Rp 9,13 per saham dasar.

Di saat IHSG kembali menguat, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Senin kemarin.

Saham Top Losers

Saham emiten pengadaan barang dan jasa untuk pembangkit tenaga listrik yakni PT Megapower Makmur Tbk (MPOW) memimpin jajaran top losers pada perdagangan kemarin, Saham MPOW ditutup ambruk 7% ke posisi harga Rp 93/saham.

Nilai transaksi saham MPOW pada perdagangan kemarin mencapai Rp 1,78 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 18,7 juta lembar saham.

Menurut data perdagangan, sejak 24 Oktober hingga kemarin, saham MPOW mencatatkan penguatan sebanyak 3 kali, melemah sekali, dan stagnan sebanyak 3 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham MPOW masih menguat 6,9%. Tetapi dalam sebulan terakhir, saham MPOW terkoreksi 3,13%.

Belum diketahui penyebab pasti amblesnya harga saham MPOW. Tetapi dari kinerja keuangannya pada kuartal III-2022, MPOW justru mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 3,66 miliar, dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2021 masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp 805 juta.

Hal ini dikarenakan pendapatan bersih MPOW turun menjadi Rp 30,76 miliar pada kuartal III-2022, dari sebelumnya pada kuartal III-2021 sebesar Rp 31,49 miliar. Namun, beban pokok pendapatan MPOW turun menjadi Rp 22,46 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp 22,83 miliar.

Laba kotor MPOW pada kuartal III-2022 pun menurun menjadi Rp 8,3 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp 8,66 miliar pada kuartal III-2021.

Selain itu, beban umum dan administrasi serta beban lain-lain juga meningkat. Beban umum dan administrasi MPOW naik menjadi Rp 6,4 miliar per 30 September 2022, dari sebelumnya pada 30 September 2021 sebesar Rp 5,7 miliar.

Sedangkan beban lain-lain MPOW naik menjadi Rp 5,12 miliar pada kuartal III-2022, dari sebelumnya sebesar Rp 1,62 miliar di kuartal III-2021.

Sebagai informasi, MPOW bergerak dalam bidang pengadaan barang dan jasa untuk pembangkit tenaga listrik. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2007.Perseroan merupakan anak perusahaan Bina Puri Holdings Bhd, perusahaan publik yang terdaftar di dewan utama Bursa Malaysia Berhad.

MPOW berfokus pada pengembangan pembangkit berbasis energi terbarukan untuk bisa menjaga kesinambungan dan memberi keuntungan di masa mendatang hal ini sejalan dengan program Green Economy yang tengah digaungkan Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular