BI Jawab Soal Isu Dolar AS Makin Langka di Indonesia, Simak!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
01 November 2022 09:50
CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) melihat kondisi likuiditas valuta asing (valas) di dalam negeri tidak ada masalah. Artinya pasokan dan permintaan masih terjaga dengan baik alias tidak kering.

"So far, mekanisme pasar di pasar forex saya melihatnya masih oke," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Edi Susianto saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Selasa (1/11/2022)

Eksportir juga tetap berkontribusi dalam pasokan valas, khususnya dolar AS.

"Supply valas masih terjadi, jadi kami melihatnya masih oke. Tidak ada hal yang dari data kami miliki, tidak ada hal yang so far ada kekhawatiran terkait supply-demand di pasar forex kita. Pokoknya masih dalam level manageable," paparnya.

Sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu, BI mencatat asing berada pada posisi outflow atau jual neto sebesar Rp 177,08 triliun di pasar SBN. Meskipun sepekan sebelumnya, asing perlahan mulai masuk.

"Ini karena sentimennya adalah penguatan US Dollar. Investor mencari safe haven di US Dolar Cash Market. Itu yang terjadi," ujarnya.

Fenomena kekeringan dolar tercermin pada pertumbuhan kredit valas yang melaju kencang, namun tak disertai dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) valas.

Bank Indonesia (BI) mencatat, pada September 2022, pertumbuhan kredit tumbuh double digit atau sebesar 18,1%, sementara pertumbuhan penghimpunan DPK valas hanya mencapai 8,4%

Situasi memang cukup bikin geleng-geleng kepala. Pasalnya, surplus neraca perdagangan Januari-September 2022 tercatat mencapai US$ 39,87 miliar atau tumbuh sebesar 58,83%.

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro melihat banyak pendapatan ekspor Indonesia disimpan di bank-bank Singapura di tengah-tengah fenomena surplus bertubi-tubi.

Singapura yang tingkat bunganya relatif lebih menarik. Rata-rata bunga deposito valas di Singapura mencapai 3%. Jauh di bawah rata-rata di dalam negeri.

Alhasil, eksportir lebih senang menaruh uangnya di luar negeri dan tidak menukarkan ke rupiah yang tengah mengalami tren penurunan.

Kepala Ekonom BCA David Sumual juga mengungkapkan, mengeringnya likuiditas valas di dalam negeri saat ini tak terlepas dari banyaknya dana asing yang keluar dari pasar keuangan dalam negeri atau capital outflow.

"Dari pasar modal, terutama obligasi, kecenderungan outflow hampir US$ 10 miliar year to date (dari awal tahun 2022 sejak saat ini)," jelas David kepada CNBC Indonesia.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular