
Cicilan Utang Numpuk di Akhir Tahun, RI Butuh Banyak Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Keringnya likuiditas valuta asing atau valas di tanah air dinilai perlu diantisipasi segera. Karena di akhir tahun, banyak pembayaran-pembayaran yang harus menggunakan dolar AS.
Wakil Menteri Keuangan Indonesia (Periode 2010-2014) Anny Ratnawati menjelaskan, Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter harus melihat apa yang menyebabkan pasokan dolar AS di dalam negeri sangat menipis.
BI pada konferensi pers pekan lalu melaporkan, kredit yang diberikan kepada pihak ketiga atau Loan to Deposit ratio (LDR) dalam valas meningkat. Namun LDR valas yang meningkat tidak diimbangi dengan pertumbuhan simpanan atau Dana Pihak Ketiga (DPK).
Pada September 2022, pertumbuhan kredit valas tumbuh double digit atau sebesar 18,1%, sementara pertumbuhan penghimpunan DPK valas hanya mencapai 8,4%.
"Ada mismatch di situ yang mungkin perlu dilihat apa kira-kira penyebabnya. Apa ada sektor-sektor yang butuh valas untuk input sektornya, kemudian melakukan ekspor. Jadi, saya sendiri berharap valas masih bisa distabilkan," jelas Anny kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (26/10/2022).
Anny bilang, para pengusaha juga pasti akan berhitung di tengah rupiah yang terus melemah hingga hari ini, volatilitas pelemahan rupiah itu yang menurut Anny harus dijaga.
"Pebisnis akan berhitung tidak hanya kurs tetapi juga volatilitasnya karena pengusaha ini juga ingin memprediksi cost of productionnya untuk menghitung harga jual dan sebagainya," kata Anny lagi.
Para otoritas yang berada di dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) seperti BI, Kementerian Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus lebih jeli melihat perkembangan permintaan dolar.
Pasalnya, menurut Anny permintaan dolar di dalam bulan ini hingga akhir tahun diperkirakan akan meningkat.
"Karena kita tahu juga sampai akhir tahun 2022 ada pembayaran utang. Kita bayar utang dan bunga (beberapa di antaranya dalam bentuk valas)," jelas Anny.
"Kemudian ada remittance profit kepada investor-investor asing yang juga membutuhkan dolar AS. Jadi ini bisa kita lihat kembali, sehingga harapan saya nilai tukar rupiah bisa kembali ke Rp 15.000/US$," kata Anny lagi.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024