
Nasib RI Kini: Ramai Orang Bawa Kabur Dolar ke Luar Negeri

Jakarta, CNBC Indonesia - Keringnya likuiditas valas, terutama dolar AS, di Tanah Air telah dikonfirmasi oleh Bank Indonesia (BI).
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menilai bahwa surplus neraca perdagangan yang cukup besar sepanjang tahun ini, tidak serta-merta membuat pasokan dolar berlimpah di dalam negeri.
"Likuiditas valas terbatas, padahal trade balance besar. Satu hal ini memang agak berbeda dengan periode-periode yang lalu," jelas Destry, dikutip Rabu(26/10/2022).
Mengeringnya likuiditas valas di dalam negeri saat ini tak terlepas dari banyaknya dana asing yang keluar dari pasar keuangan dalam negeri atau capital outflow.
Dana asing yang kabur dari pasar surat utang pemerintah tercatat mencapai Rp 3,28 triliun pada periode 17-20 Oktober 2022. Dengan demikian, investor asing telah mencatat jual neto Rp174,04 triliun di pasar SBN sejak 2 Januari 2022 hingga 20 Oktober 2022.
BI pun memperkirakan dana asing yang keluar dari Indonesia atau net outflow pada Kuartal III-2022 diperkirakan akan mencapai US$ 2,1 miliar atau setara Rp 32,55 triliun (kurs Rp 15.500/US$).
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menambahkan, surplus neraca perdagangan tidak otomatis membuat likuiditas valas berlimpah, terlebih di tengah tren penguatan dolar Amerika Serikat (AS) saat ini.
"Di tengah tren penguatan dolar saat ini, eksportir cenderung menahan dolar mereka dan menempatkannya di luar negeri," jelas Piter.
Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro melihat banyak pendapatan ekspor Indonesia disimpan di bank-bank Singapura di tengah-tengah fenomena surplus bertubi-tubi.
Hal ini dikarenakan bank di Negeri Jiran tersebut menawarkan lebih dari 3% setahun untuk dolar AS yang ditempatkan di deposito berjangka.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo telah menyampaikan bahwa pihaknya akan terus melakukan pendalaman pasar keuangan di dalam negeri, tak terkecuali valas. Hal tersebut dilakukan agar likuiditas valas tetap tersedia.
"Pendalaman pasar terus didorong, termasuk pendalaman valas, dengan memperluas penggunaan lindung nilai, hedging, dan meningkatkan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dan investasi antar negara," jelas Perry dalam Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK), dikutip Rabu (26/10/2022).
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas! 'Kiamat' Dolar Berisiko Picu Krisis 98 Terulang