
Investor Bimbang, Tak Berani Main Emas?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga emas diperkirakan akan ke dua arah yang sangat berlawanan dalam beberapa pekan ke depan, artinya emas masih akan naik turun, belum tentu arah. Ancaman resesi serta kebijakan agresif bank sentral Amerika Serikat (AS) menjadi penyebabnya.
Pada perdagangan Selasa (25/10/2022) pukul 06:27 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.651,95 per troy ons. Harga emas menguat 0,19%. Penguatan ini menjadi angin segar setelah pada perdagangan hari sebelumnya, Senin (24/10/2022), emas melandai 0,47% ke posisi US$ 1.648,8 per troy ons.
Dalam sepekan, harga emas menguat tipis 0,007% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas menguat 1,9% sementara dalam setahun anjlok 8,6%.
Analis OANDA Edward Moya menjelaskan trader dan investor emas masih dalam mood wait and see. Karena itulah, harga emas menjadi volatil. Investor masih menunggu kebijakan The Fed sementara di sisi lain ada ancaman resesi yang terus menguat.
The Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 1-2 November mendatang. Pasar sudah berekspektasi jika The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis points (bps) pada bulan depan.
Namun, di sisi lain ada ancaman resesi yang mengintai. Survei menunjukkan jika aktivitas bisnis di AS sudah terkontraksi selama empat bulan beruntun hingga Oktober. Data ini bisa menjadi sinyal awal jika ekonomi AS bisa melambat ke depan.
"Pelaku pasar terlihat jelas masih wait and see. Mereka ingin mendapat gambaran jelas bagaimana dampak kebijakan The Fed terhadap perlambatan ekonomi. Dalam jangka pendek, sikap investor akan mendukung emas tetapi inflasi juga susah diturunkan sehingga suku bunga akan dinaikkan," tutur Moya, dikutip dari Reuters.
Skenario Goldman Sachs menunjukkan emas bisa bergerak liar yakni terbang ke US$ 2.250 per troy ons jika terjadi resesi dalam. Sebaliknya, emas bisa ambruk ke posisi US$ 1.500 per troy ons jika The Fed melanjutkan kebijakan ultra hawkish.
"Pergerakan emas masih sangat ditentukan oleh kebijakan moneter di AS dan bagaimana persepsi orang menerima kebijakan itu. Jika orang melihat kenaikan 75 bps pada November menjadi yang terakhir maka harga emas akan pelan-pelan naik," tutur Daniela Hathorn, analis dari Capital.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Rekor Tertinggi Setahun, Yuk Pesta Pora Lagi!