Kuat Hadapi Gejolak 2023, Bank Harus Punya CAR Segini

Dwitya Putra, CNBC Indonesia
Senin, 24/10/2022 12:54 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta CNBC Indonesia - Tahun 2023 bukan tahun yang mudah, gejolak ekonomi global yang terjadi saat ini terus menghantui berbagai industri, termasuk industri perbankan tanah air.

Seperti diketahui, harga-harga yang meningkat akibat inflasi telah memicu krisis biaya hidup di berbagai negara.

Selain itu, ketatnya suku bunga acuan diberbagai negara dan perang yang tak kunjung usai membuat tekanan semakin besar bagi banyak negara.


Bank Indonesia (BI) pun sedikit khawatir akan kondisi ekonomi ke depan, meskipun berdasarkan simulasi yang dilakukan, kesehatan perbankan nasional masih cukup kuat menghadapi situasi perekonomian dunia yang semakin tidak menentu.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, secara garis besar ketahanan sistem keuangan dan perbankan nasional masih cukup kuat di tengah dinamika yang terjadi. Ini tercermin dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Agustus 2022 yang tetap tinggi di angka 25,12%.

"Simulasi BI, ketahanan perbankan masih terjaga. Namun potensi dampak dari faktor risiko dari sisi global dan dari makro ekonomi domestik tetap kita waspadai untuk stabilitas perekonomian," kata Perry saat Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Edisi Oktober beberapa hari lalu.

Ancaman resesi sendiri diakui oleh pengamat ekonomi dan perbankan dari Binus University, Doddy Ariefianto. Menurutnya tahun 2023 akan menjadi tahun yang berat untuk semua pelaku bisnis, termasuk perbankan. Hal ini seiring tingginya inflasi yang terjadi di berbagai belahan dunia. Kondisi tersebut mendorong suku bunga ikut meningkat baik di AS maupun di dalam negeri.

"Kita dihadapkan oleh situasi-situasi yang diikuti dengan pengetatan moneter. Ini jelas tidak kondusif bagi ekonomi. Saya perkirakan inflasi tahun ini sendiri akan berada di 6-7%," ujarnya Doddy Minggu (23/10/2022).

Melihat hal tersebut, ia pun imbau perbankan tetap selalu waspada dan bisa menjaga rasio kecukupan modalnya. Paling tidak, bank bisa menjaga CAR di atas 23%. Dengan begitu kata Doddy, bank bisa siap mengadapi gejolak di tahun 2023, jika benar-benar akan terjadi.

"Ya kalau dia (Bank) bisa menjaga posisi CAR di atas 23%, paling tidak dia hanya tergores lah, dalam kondisi gejolak ekonomi global," jelasnya.

Seperti diketahui, beberapa bank tercatat memiliki CAR cukup besar hingga Semester I 2022 ini. Contohnya saja Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). BBRI memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) di kisaran level 25%. Angka ini di atas besaran CAR sehat perbankan yang berada pada angka 17-18%.

Kekuatan BBRI tidak perlu diragukan lagi untuk hadapi 2023, terlebih bank yang dipimpin Sunarso itu baru mendapatkan dana cukup besar sekitar Rp 41 triliun dari hasil rights issue.

Selain itu bank lainnya yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga memiliki Rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 25,3% lebih tinggi dari ketentuan regulator, loan to deposit ratio (LDR) 62,4%, dan tingkat kredit bermasalah (NPL) 2,4% didukung kebijakan relaksasi dan restrukturisasi.

Terakhir, bank yang belum lama ini mengeluarkan laporan keuangan yakni, PT Bank Jago Tbk (ARTO) hingga akhir September 2022 tercatat memiliki rasio likuiditas kuat dengan CAR berada di 97%. Bank Jago memiliki modal Rp8,3 triliun yang cukup mendanai ekspansi bisnis bertahun-tahun ke depan.

Bank Jago juga dinilai lebih siap menghadapi kenaikan suku bunga karena memiliki Dana Pihak Ketiga (DPK) yang didominasi oleh dana murah.

Hingga akhir September 2022, Bank Jago berhasil menghimpun DPK Rp 7,28 triliun, tumbuh 186% dibandingkan setahun lalu yang tercatat Rp2,54 triliun. Dalam DPK ini peningkatan signifikan terjadi pada produk tabungan dan giro (current account, savings account/CASA) yang meningkat 422% menjadi Rp 5,14 triliun. Adapun deposito tumbuh 38% menjadi Rp 2,14 triliun. Hal ini membuat rasio CASA terhadap total DPK mencapai 71%.


(dpu/dpu)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi