
Hanya Minyak Brent Naik, WTI Malah Turun! Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua harga minyak mentah acuan, Brent dan West Texas Intermediate (WTI) berlawanan arah di pekan ini. Brent mampu melesat naik sementara WTI justru turun. Perbedaan arah kedua harga minyak mentah tersebut sangat jarang terjadi.
Melansir data Refinitiv, Brent sepanjang pekan ini mampu naik lebih dari 2% ke US$ 93,5/barel, sementara WTI turun 0,65% ke US$ 85,05/barel.
Isu resesi dunia 2023 membuat harga minyak mentah tertekan. Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan mengalaminya, dan WTI yang banyak digunakan di Negeri Paman Sam menjadi tertekan.
Inflasi tinggi yang melanda membuat bank sentral AS (The Fed) yang sangat agresif menaikkan suku bunga. Sepanjang tahun ini kenaikannya sebesar 300 basis poin, menjadi 3% - 3,25% dan masih akan terus berlanjut.
Pada November nanti, bank sentral paling powerful di dunia ini diperkirakan akan menaikkan lagi sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% - 4%. Tidak cukup sampai di situ, kenaikan masih akan terus dilakukan hingga awal tahun depan.
Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat suku bunga The Fed berada di level 4,75% - 5% pada Februari 2023.
Ekonom Nouriel Roubini, atau yang dikenal dengan Dr. Doom, ketika sukses memprediksi krisis finansial 2008, kini memproyeksikan resesi akan menghantam Amerika Serikat di akhir 2022 sebelum menyebar secara global tahun depan.
"Ini tidak akan menjadi resesi yang singkat dan dangkal, ini akan menjadi resesi yang parah, panjang dan buruk," kata Roubini, sebagaimana dilansir Fortune, Rabu (21/9/2022).
Ia melihat kondisi ekonomi saat ini mirip dengan 2007/2008, dilihat dari tingginya utang negara dan korporasi. Menurut Roubini angka rasio jumlah utang swasta dan publik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global yang telah melonjak dari 200% pada 1999 menjadi 350% tahun ini.
Artinya ada risiko resesi yang terjadi gabungan antara 1970an dan 2008, dan ini bisa sangat mengerikan.
Dalam artikel Majalah Time yang terbit Kamis (13/10/2022), Dr. Doom mengatakan dunia akan menuju kebangkrutan besar-besaran dan krisis finansial yang berlarut-larut.
Kenaikan suku bunga tersebut diperkirakan akan membawa Amerika Serikat mengalami resesi. Saat resesi, permintaan minyak mentah pun menurun.
Sementara itu, harga minyak Brent masih ditopang rencana pemangkasan produksi OPEC+ sebesar 2 juta barel per hari mulai November nanti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Resesi Bakal Panjang, Harga Minyak Mentah 3 Hari Terbenam!