Makin Hari Makin Jatuh, Rupiah Sudah Tembus Rp 15.630/US$!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
21 October 2022 15:24
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih mencatatkan kinerja yang mengecewakan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (21/10/2022), nyatanya langkah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan pada Oktober belum bisa mendongkrak kinerja rupiah.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan stagnan, selang tak berapa lama rupiah kembali melemah 0,03% ke Rp 15.575/US$. Pada pukul 11.00 WIB rupiah terus tertekan, melemah 0,19% ke Rp 15.600/US$.

Pada penutupan perdagangan rupiah tembus ke Rp 15.630/US$ melemah 0,39% di pasar spot. Dengan demikian, rupiah semakin mencatatkan kinerja yang mengecewakan karena berada di posisi terlemahnya dalam 2,5 tahun terakhir. Tepatnya sejak 15 April 2020.

Perlemahan rupiah terjadi setelah BI memutuskan menaikkan suku bunga acuannya. Namun, tekanan bagi rupiah masih begitu besar. Apalagi, pelaku pasar saat ini beranggapan bahwa resesi global semakin nyata. Dalam kondisi kacau balau seperti ini, dolar AS yang menyandang status safe haven menjadi primadona.

Akibatnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi 8,03% year to date (ytd), sejalan dengan situasi dinamika perekonomian yang makin tak menentu.

Ekonom Nouriel Roubini, atau yang dikenal dengan Dr. Doom, ketika sukses memprediksi krisis finansial 2008, kini memproyeksikan resesi akan menghantam Amerika Serikat di akhir 2022 sebelum menyebar secara global tahun depan.

Ia melihat kondisi ekonomi saat ini mirip dengan 2007/2008, dilihat dari tingginya utang negara dan korporasi. Menurut Roubini angka rasio jumlah utang swasta dan publik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global yang telah melonjak dari 200% pada 1999 menjadi 350% tahun ini.

Artinya ada risiko resesi yang terjadi gabungan antara 1970an saat stagflasi dan krisis finansial global, Sehingga bisa sangat mengerikan.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75%.

Keputusan ini diambil dalam Rapat Dewan Gubernur BI Edisi Bulan Oktober 2022, Kamis (20/10/2022). RDG BI digelar dalam dua hari untuk menentukan arah suku bunga dan kebijakan moneter bank sentral.

Pada Agustus 2022, BI telah menaikkan suku bunga acuannya dengan dosis yang sama, 25 bps. Kemudian, BI kembali menaikkan 50 bps menjadi 4,25% pada September lalu.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 4,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 4%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers.

Keputusan ini sejalan dengan konsensus ekonom. Polling CNBC Indonesia yang melibatkan 13 lembaga/institusi memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bp pada hari ini.

Pasar keuangan Indonesia sedang berhadapan dengan ketidakpastian global. Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter diharapkan bisa menjadi katalis dalam menstabilkan pasar keuangan di dalam negeri. Kenaikan suku bunga BI sebesar 50 bps dinilai penting untuk menjangkar inflasi atau ekspektasi yang bergerak liar.

Namun, pada kenyataanya sehari setelah kebijakan ini dikeluarkan, kenaikan suku bunga belum mampu mendongkrak kinerja mata uang Garuda.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum) Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular